CERITA DI BALIK LAYAR

Humba Dreams, Tempat Afdruk Foto, dan Warga Lokal Sumba

CNN Indonesia
Minggu, 12 Jul 2020 15:35 WIB
Humba Dreams
dok. Miles Film via Netflix
Mira Lesmana dan Riri Riza mengisahkan pengalaman mereka menggarap Humba Dreams dan pemicu ide di balik film tersebut. (dok. Miles Film via Netflix)
Jakarta, CNN Indonesia --

Butuh waktu cukup lama bagi Mira Lesmana dan Riri Riza mengeksekusi ide Humba Dreams yang dirilis di Netflix, Kamis (9/7). Bahkan ide itu sudah ada sejak sebelum menggarap Pendekar Tongkat Emas yang dirilis pada 2014.

"Idenya [Humba Dreams] sudah cukup lama meski belum jadi banget. Dimulai hunting pertama kali [untuk] Pendekar Tongkat Emas, kami jalan di Sumba Barat-Timur," kata Mira dalam sesi wawancara virtual bersama sejumlah media, Jumat (10/7).

"Itu pertama kali 2012-2013, kami pertama kali kenalan dengan Sumba," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mira mengakui, pertama kali menginjakkan kaki di Sumba, mereka amat takjub dengan pesona alam pulau di Nusa Tenggara Timur tersebut. Mereka juga terkesima dengan perbedaan mencolok antara Sumba Barat dengan Sumba Timur.

Sumba Timur memiliki kondisi geografis yang kering dan berbukit-bukit dengan sabana yang luas membentang. Suasana inilah yang kemudian diambil oleh Mira dan Riri untuk Pendekar Tongkat Emas.

Sedangkan di Sumba Barat, topografinya didominasi hijau hutan dan cuaca yang tidak sekering di sisi Timur. "Di satu titik Sumba Timur, Riri sudah memikirkan film lain," sebut Mira.

"Yang jadi menarik, ketika tinggal di Waingapu, kami ketika jeda syuting suka makan atau ke mana pun jalan kaki. Itu untuk pertama kali Riri melihat tempat cuci foto, itu sebenarnya titik pertama kali bilang 'ini masih ada di kota ini' dan itu yang disimpan," kata Mira.

Humba DreamsSumba Timur memiliki kondisi geografis yang kering dan berbukit-bukit dengan sabana yang luas membentang. (dok.Miles Films)

Tempat cuci foto analog alias afdruk foto yang masih ada di era digital itu kemudian digambarkan beberapa kali dalam Humba Dreams. Peran toko itu dalam film Riri Riza ini pun cukup penting.

Nampaknya suasana kembali ke masa pra-digital yang masih tersisa di ibu kota Kabupaten Sumba itulah yang menginspirasi dan melayang di benak Riri Riza hingga bertahun-tahun lamanya.

Namun mereka tak bisa langsung mengeksekusi ide tersebut. Tercatat, duet Riri dan Mira sempat terlibat dalam sejumlah proyek setelah Pendekar Tongkat Emas, mulai dari Ada Apa dengan Cinta? 2 dan Athirah pada 2016, Kulari ke Pantai pada 2018 juga Bebas pada 2019.

"Saya tanya ada cerita enggak ke Riri di awal 2017, setelah selesai AADC 2. Riri bilang toko foto di Sumba, boleh enggak kita balik [ke sana]," kata Mira mengenang ucapan Riri.

"Terus kami balik, dia pitch ke saya. Saya bilang 'oke let's go' dan langsung jalan," lanjutnya.

Warlok

Mira dan Riri tampaknya begitu menikmati proses produksi dari Humba Dreams yang idenya telah tersimpan lama itu, apalagi berbaur dengan masyarakat setempat.

Dalam Humba Dreams, pemain yang didatangkan dari Jakarta hanya sedikit, di antaranya adalah JS Khairen yang memerankan Martin dan Ully Triani sebagai Ana. Sisanya, warlok alias warga lokal.

Bukan tanpa alasan Mira dan Riri memutuskan menggunakan talenta lokal dalam film mereka. Mereka mengaku bahwa hal itu terkait dengan cerita yang ingin mereka bawa dari lokasi tersebut dalam film.

"Seperti Laskar Pelangi," kata Mira. "Kalau kami punya ruang untuk pelatihan, ada banyak talenta dari daerah lokal yang kami ajak. Tapi, ada peran-peran yang butuh kematangan seorang aktor," lanjutnya.

Humba DreamsDalam Humba Dreams, pemain yang didatangkan dari Jakarta hanya sedikit, di antaranya adalah JS Khairen yang memerankan Martin dan Ully Triani sebagai Ana. (dok.Miles Films)

"Awalnya kami sempat menimbang juga mencoba kemungkinan peran Martin dan Ana kami pakai dari [orang] aslinya. Namun memang tuntutan perannya sedikit lebih [banyak]. Jadinya kami bawa dari Jakarta dan leburkan dulu di Sumba untuk beberapa saat,"

Upaya Mira dan Riri meleburkan Khairen dan Ully ke masyarakat Sumba untuk sementara waktu sebelum proses produksi terbilang tepat. Dalam Humba Dreams, mereka amat bisa membawakan karakter tersebut.

Mira dan Riri kompak tak kapok menggunakan warga lokal seperti ketika mereka menggarap Atambua 36 Celcius pada 2012. Bagi mereka, semangat warga setempat untuk ikut terlibat dalam produksi film menjadi energi tersendiri.

"Kami kan yang pendatang, mereka yang aslinya. Kami butuh mereka," kata Mira.

"Intinya ada persiapan," timpal Riri. "Saya percaya, waktu jadi faktor penting. Kami cuma punya prosedur, kami perlu mereka dibiasakan untuk itu,"

[Gambas:Youtube]



Riri kemudian mendadak curhat pengalaman mengikuti upacara adat. "Kalau upacara enak sekali," katanya.

"Kami nongkrong di pojokan dan mereka melakukan aktivitas seperti apa adanya. Tak ada masalah, selalu menyenangkan," seloroh Riri.

Kisah film Humba Dreams berisi perjuangan Martin yang memecahkan 'misteri' warisan dari ayahnya yang meninggal tiga tahun lalu namun belum jua dikubur.

Martin, mahasiswa sekolah film di Jakarta, terpaksa harus pulang kembali ke Sumba untuk memenuhi panggilan ibunya yang terus-menerus mendesak ia pulang kampung.

Alasan sang ibu sederhana, selain rindu dengan anaknya yang meneruskan hobi suaminya akan film, Martin diminta pulang karena ada 'wasiat' dari sang mendiang untuk dibuka. Wasiat yang ada dalam kotak itu hanya boleh dibuka ketika Martin ada di Sumba.

(chri, end)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER