Meski sejumlah musisi besar merilis karya baru dan menggelar konser virtual, industri musik Korea Selatan ternyata masih merugi di tengah pandemi. Namun kini, mereka tengah menanti angin segar untuk menangguk untung di tengah badai corona.
Badai ini bermula saat Negeri Ginseng dilanda gelombang pertama infeksi virus corona pada Feruari lalu. Saat itu, ratusan konser yang sudah direncanakan terpaksa batal demi mencegah penularan Covid-19.
Di tengah badai tersebut, industri musik mulai mencari siasat dengan tetap merilis karya-karya baru dari para artis, juga menggelar konser virtual.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, Asosiasi Industri Label Rekaman Korea tetap melaporkan bahwa industri musik Korea secara keseluruhan merugi hingga 121,3 miliar won atau setara Rp1,51 triliun di tengah pandemi Covid-19.
Menjelang Agustus, kondisi di Korsel sempat membaik. BTS pun berencana menggelar konser langsung pada 10-11 Oktober mendatang dengan tetap mengutamakan pedoman kesehatan dan keselamatan.
Rencana konser tersebut diumumkan ketika jumlah kasus harian Covid-19 di Korea masih di bawah 100. Namun, mulai 14 Agustus hingga kini, Korea melaporkan lebih dari 100 kasus baru setiap hari. Pada 26 Agustus, Korsel bahkan ada 441 kasus baru.
Dinamika tersebut membuat Big Hit Entertainment selaku agensi BTS memikirkan ulang rencana konser offline tersebut.
Kendati demikian, penjualan album K-pop meningkat 40 persen selama pandemi. Gaon Chart melaporkan persentase itu usai membandingkan penjualan tahun ini, yaitu 18,08 juta keping, dengan semester pertama 2019, yang hanya 12,33 juta keping.
Tak hanya itu, penjualan paruh pertama 2020 juga menjadi yang tertinggi sejak Gaon Chart mulai menghitung penjualan album pada 2010.
"Penjualan album tahun ini memang amat banyak," kata pengamat dari Hana Financial Investment and Securities, Lee Ki-hoon, seperti dilansir Korea Herald.
Di sisi lain, pandemi padahal membuat nilai saham tiga agensi K-pop terbesar, yakni SM, JYP, dan YG, sempat anjlok pada Maret, ketika Korea sempat mencatatkan lebih dari 1000 kasus baru Covid-19 dalam satu hari.
Saham SM sempat berada di harga 16.350 won pada 27 Maret dan baru mulai pulih di titik 30.400 won jelang akhir Juli.
Dalam rentang waktu itu, SM menggelar sejumlah konser daring Beyond Live, merilis album repackageNCT 127, album baruBaekhyun, Lay,WayV,Hyoyeon Girls' Generation, serta debut Red Velvet Irene &Seulgi.
![]() |
Kondisi serupa juga dialami YG yang nilai sahamnya menguat hingga 42.520 won setelah merilis single terbaru BLACKPINK, How You Like That, pada 26 Juni. Angka itu meningkat dua kali lipat dibandingkan Maret.
Begitu pula dengan JYP yang bahkan berhasil meraup keuntungan hingga 1 triliun won. Di tengah pandemi, agensi ini merilis album baru Stray Kids, konser virtual TWICE, serta debut girlband baru NiziU.
Pembatalan tur dunia memang menjadi alasan utama yang menyebabkan pertumbuhan laba amat lambat. Namun, banyak pihak masih yakin dengan masa depan K-pop, terutama setelah melihat pertumbuhan keuntungan Big Hit Entertainment.
Big Hit Entertainment selaku agensi BTS mencatat 98,7 miliar won laba operasi tahun lalu. Capaian itu melampaui tiga agensi besar lainnya.
Di tengah pandemi gelombang pertama, Big Hit bahkan bisa mengakuisisi Pledis Entertainment yang menjadi rumah SEVENTEEN dan NU'EST.
Dalam konferensi tahunan Big Hit, agensi tersebut juga memperkirakan keuntungan semester pertama 2020 mencapai 294 miliar won yang diperoleh dari penjualan tiket konser daring serta penjualan album BTS, SEVENTEEN, NU'EST, GFriend, dan TXT.
Agensi menyatakan kerugian akibat pembatalan tur perlahan bisa ditutupi dari peningkatan penjualan album kala pandemi.
"Di luar dampak keseluruhan dari pandemi, segalanya berjalan baik, bahkan lebih baik dari sebelumnya bagi industri K-pop," kata pengamat dari Hanwha Asset Management, Ji In-hae.
(has)