Film Tenet berhasil memperoleh pendapatan total sebesar US$280 juta atau sekitar Rp4,1 triliun dari seluruh dunia meski perolehan di pasar domestik Amerika Serikat terus menunjukkan penurunan.
Di pasar domestik, pendapatan Tenet akhir pekan lalu turun 26 persen menjadi US$3,4 juta dari 2.850 lokasi penayangan. Tenet sendiri hanya mampu mengumpulkan pendapatan total US$41 juta dari pasar Amerika selama empat pekan penayangan.
Film berbujet US$200 juta tersebut pada akhir pekan lalu mengumpulkan US$19,2 juta dari 58 pasar internasional. Selain Amerika Serikat, pendapatan Tenet di Jepang juga mengalami penurunan cukup besar yakni 30 persen dari pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tenet merupakan film studio besar pertama yang rilis di tengah pandemi dan nama besar Christopher Nolan sebagai sutradara gagal menjadi jaminan mampu menarik penonton datang ke bioskop di tengah pandemi.
Meski begitu, kondisi pasar film yang sepi di Amerika Serikat disebut analis Box Office Pro, Shawn Robbins tidaklah mengejutkan.
"Akhir pekan ini melanjutkan apa yang sudah diprediksi menjadi tren akhir pekan yang sepi di box office domestik di awal musim gugur, menyusul sejumlah penundaan film semenjak Tenet dirilis," kata Robbins.
Robbins menyebut kondisi ini memang menjadi mimpi baru bagi Tenet, namun menjadi prediksi baik bagi industri film untuk merencanakan perilisan selanjutnya.
Sejumlah faktor disebut menjadi alasan pasar film Amerika Serikat masih sepi, seperti kesadaran masyarakat yang masih tinggi untuk tetap di rumah, studio besar yang enggan bertaruh dengan merilis film baru ke bioskop, serta bioskop yang masih tutup di pasar utama Amerika Serikat: New York dan Los Angeles.
Variety mengabarkan, saat ini pasar film di Amerika Serikat memang telah buka hingga 75 persen, namun lokasi kunci yaitu Los Angeles dan New York masih tutup.
Bukan hanya dua kota terpadat di AS itu saja yang masih menutup bioskop, melainkan juga daerah lain di California, North Carolina, Michigan, New Mexico, Seattle-Tacoma dan Portland.
Paul Dergarabedian, analis senior Comscore memprediksi setidaknya hanya 58 persen bioskop yang sudah buka di keseluruhan Amerika Utara (AS dan Kanada).
"Pasar diperkirakan masih tidur dan belum pasti," kata Dergarabedian. "Namun, setidaknya ada beberapa kabar menggembirakan bahwa di mana orang memiliki pilihan,"
"Penggemar film menuju ke bioskop sementara yang lain mencari pengalaman layar lebar bahkan di kota-kota tetangga jika multipleks lokalnya tidak tersedia," katanya.
(end)