Kondisi Indonesia yang masih dilanda virus corona diperparah oleh DPR yang mengesahkan Omnibus Law atau Undang-Undang (UU) Cipta Kerja, Senin (5/10) kemarin. Alih-alih menguntungkan, UU tersebut malah merugikan banyak orang.
Sejak Senin sampai hari ini (8/10), berbagai elemen masyarakat di berbagai daerah menggelar aksi sebagai bentuk penolakan UU Omnibus Law Cipta Kerja. Penolakan juga terjadi di jagat twitter, banyak netizen yang mengicaukan tagar #MosiTidakPercaya hingga menjadi trending.
Bukan hanya disuarakan oleh orang yang turun ke jalan atau netizen, kritik terhadap 'wakil rakyat' juga bisa disampaikan musisi. Meski tidak dibuat secara khusus karena UU Omnibus Law Cipta Kerja, sejumlah lagu berikut tetap bisa dinyanyikan sebagai perlawanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dirilis pada rezim Orde Baru, 1987, rasanya Surat Buat Wakil Rakyat tepat dinyanyikan pada berbagai pemerintahan sebagai bentuk kritik. Terlebih pada saat ini, ketika DPR tidak benar-benar mewakili suara rakyat.
Terlihat jelas bahwa lagu ini mengandung kritik yang sangat frontal. Saking frontalnya, lagu ini sempat dilarang tayang di televisi lantaran dinilai bisa mengganggu stabilitas politik.
Sejatinya, konteks lagu ini fokus pada kerusakan lingkungan yang terjadi di Indonesia. Mulai dari kegiatan tambang yang terlalu liar hingga merusak lingkungan dan memakan korban.
Namun, bila dilihat secara keseluruhan, konteks lagu ini bisa menjadi luas selama melawan sistem. Termasuk pada saat ini ketika DPR berlaku seenaknya mengesahkan UU yang didukung pemerintah.
Lagu yang terdapat dalam album Kamar Gelap (2008) ini wajib masuk dalam playlist #MosiTidakPercaya menolak Omnibus Law. Bukan hanya karena tajuk yang sama, tetapi juga karena lirik yang sarat perlawanan.
Lagu ini ditulis dari sudut pandang pihak yang melawan dan jengah dengan sikap terlawan yang selalu melakukan kesalahan sama. Untuk keadaan saat ini, sudah jelas bahwa pihak terlawan adalah DPR dan pemerintah.
Dari semua lagu dalam playlist #MosiTidakPercaya, Omong Kosong adalah lagu yang paling menarik. Pasalnya, dalam lagu ini terdapat dua bagian monolog politisi yang menebar janji agar dipilih dan kemudian diduga korupsi.
Monolog yang mencerminkan politisi Indonesia itu kemudian direspons dengan teriakan 'omong kosong.' Lagu ini sangat to the point, singkat, padat dan tepat.
Lagu ini berisikan perasaan rakyat yang ragu terhadap pemimpinya. Mereka tidak yakin suaranya benar-benar terwakili oleh pihak yang memimpin, bisa dianalogikan sebagai DPR atau pemerintah.
Lagu ini dirilis dalam album mini bertajuk Beberapa Orang Memaafkan. Lahir dari keresahan .Feast terhadap beberapa kejadian di Indonesia, salah satunya Bom Surabaya.