Kurator Galeri Nasional Indonesia dan dosen ISI Yogyakarta, Suwarno Wisetrotomo, menyebut relief di Gedung Sarinah merupakan salah satu aset berharga milik negara yang tak ternilai harganya.
Suwarno memandang relief tersebut adalah sebuah warisan bersejarah dan mendorong agar relief itu tidak diambil untuk koleksi pribadi.
Ia bahkan tidak bisa memperkirakan nilai jual relief itu apabila ada pihak yang berminat membelinya. Baginya nilai sejarah dalam relief itu tidak bisa diukur dalam nominal uang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Benda-benda historis seperti itu tak ternilai. Artinya kita tidak mampu memberi harga yang pasti karena nilai historisnya lebih penting dari sekedar nilai rupiah. Itu jelas tak ternilai harganya saking pentingnya," ujar Suwarno kepada CNNIndonesia.com.
Hal itu ia kemukakan terlebih usai melihat foto-foto relief yang menempel di dinding sehingga tidak memungkinkan untuk berpindah tempat.
"Kalau melihat dari foto-foto, relief itu permanen di satu tempat, jadi mestinya itu tidak mungkin menjadi milik pribadi, itu seharusnya menjadi milik koleksi negara," kata Suwarno.
Suwarno menegaskan penemuan relief tersebut adalah sebuah peristiwa penting yang harus dikawal, dicermati, dan memerlukan penangan lanjut yang presisi. Hal itu bukan hanya semata-mata untuk menjaga keaslian bendanya, tapi juga sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan negara.
"Arti penting lain adalah tempat relief itu, jadi kalau [relief] itu tetap ada di sana, lalu generasi baru bisa menziarahinya lalu menemukan makna-maknanya, bisa menelusuri jejak sejarah, itu penting sekali," kata Suwarno.
Harus Dibuka untuk Publik
Dorongan untuk menjaga dan merestorasi relief Sarinah juga datang dari salah satu pematung terkenal di Indonesia, Dolorosa Sinaga.
Pengajar FSR IKJ ini menjelaskan bahwa relief tersebut perlu direstorasi oleh seniman atau pematung yang mumpuni agar keasliannya bentuknya masih terjaga.
"Direstorasi, dikembalikan ke tempatnya dan dibuka kembali aksesnya agar bisa dinikmati oleh umum, untuk masyarakat dengan penjelasan yang akurat mengapa disimpan di bawah, apa yang terjadi pada tahun 1984 [kebakaran Sarinah], dan siapa yang menyimpannya selama itu sehingga ada bawah, itu harus dijelaskan," kata Dolo kepada CNNIndonesia.com.
Dolorosa juga mendorong agar Balai Cagar Budaya untuk mencari pematung relief tersebut sehingga publik mendapatkan informasi yang lengkap tentang temuan relief tersebut.
Sukarno merupakan tokoh bangsa yang dekat dengan dunia seni. Presiden pertama Indonesia ini juga memiliki rekam jejak relasi dengan seniman-seniman di Indonesia.
Hingga saat ini, Tim Ahli Cagar Budaya Candrian Attahiyyat mengatakan masih menyelidiki sosok seniman pembuat relief tersebut. Pihaknya juga sudah meminta seorang pematung dari IKJ, Asikin, untuk menganalisis dan mengidentifikasi seniman pembuat relief itu.
"Beliau [Asikin] akan menelusuri pihak-pihak yang diduga menjadi perupa yang tren membuat relief seperti itu, terutama dari Yogya," ujar Candrian beberapa waktu lalu.
(nly/bac)