Kalau dari dulu memang aku sudah kepengin banget ya, cita-cita aku dari SD itu pengin jadi maestro, pengin jadi musisi. Seseorang yang memang berkarya menciptakan sebuah komposisi dan perform juga, sebagai performer.
Makanya aku akhirnya ambil sekolah music performance, karena ada dua kalau masuk sekolah musik, ada music performance ada music teaching. Nah itu aku memang ambilnya music performance karena udah tahu akan jadi... pengin jadi seorang performer dan jadi seorang musisi.
Mungkin pada saat mau lulus itu memang jati dirinya masih pengin bereksplorasi, jadi pada saat itu makanya judul album Explore, karena ya aku terjun ke sebuah genre yang mungkin bukan genre keseharian tapi aku pun suka. Yuk yaudah deh eksplor, gitu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Album kedua mulailah Paradox, sudah lebih dewasa sudah lebih berevolusi juga. Manusia kan tiap hari evolusi ya, belajar dari sesuatu apa yang udah dilewati. Sampai pada akhirnya dua tahun setelah itu mendewasa juga dan akhirnya jadi LEXICON.
Yang awal-awal kalau aku nyanyi pop aku merasa kalau dengar lagi.. Jiga kumaha (jadi gimana) ya.. Kayak anak klasik yang maksa nyanyi pop.
Tapi, lama-lama aku bisa beradaptasi dan bisa memilih teknik mana yang digunakan dan sebenarnya enggak usah terlalu pushy dan enggak usah terlalu round suaranya, tapi seru sih belajar.
Kalau ditanya kenapa ke situ, mungkin fase hidup aku lagi di arah situ dan aku selalu bilang ke pendengar aku ke depannya nanti gimana aku juga enggak tahu ya. Lagi-lagi begitu, musik aku berevolusi bersama dengan kepribadian aku.
Kalau untuk LEXICON ya mungkin fase hidupnya di situ, setelah itu kan halaman baru ternyata muncul Unlock The Key dan Il Sogno.
![]() |
Album LEXICON dan seterusnya sampai sekarang betul-betul aku pegang sendiri, enggak ada campur tangan orang lain. Secara proses kreatif betul-betul sendiri di rumah, bener-bener ya gimana gue, bagannya gimana gue, itunya gimana gue.
Pemilihan produser juga gimana aku, itu lebih mudahnya dari sisi komunikasi aja sih.
Kalau aku sih dari kecil suka banget sama musik rock, rock progresif, metal. Didengarkan Queen, Genesis, yang kayak gitu sama bapak aku juga.
Terus buat Isyanation (penggemar Isyana) yang udah sering dengerin aku live dari album satu sampai dua, itu kebanyakan enggak kaget. Karena aku suka rearrange lagu aku sendiri dengan unsur-unsur tutti (istilah dalam musik) yang agak progresif rock gitu, tapi lagunya album satu dan dua.
Bukannya berkurang ya jadi masih disaring? hahahah... Kayak hidup, selalu ada yang datang dan pergi, enggak apalah.
Beeeuuhh banget sih... Banget, dengan sound distorsi gitar, double pedal drum, itu kayak mewakilkan gejolak perasaan yang ada dalam Isyana yang enggak bisa diungkapkan lewat kata-kata. Karena ya gitu, lagi-lagi, aku kan orangnya enggak jago ngomong, enggak jadi cerita melalui verbal.
Yah bisa dibilang betul, itu pasti akumulasi dari berbagai macam pengalaman yang pernah aku alami dan akhirnya bisa ditumpahkan ke sebuah karya itu melewati proses kontemplasi ya pasti.
Waktu, terutama di LEXICON showcase, tapi itu private banget dan cuma 200 orang. Kalau udah nangis enggak bisa berhenti jadinya baca puisi.
Ya memang LEXICON personal banget ya, dan satu album ini aku enggak ekspektasi apa-apa. Bener-bener pengin cerita tentang apa yang sedang aku alami, karena kan album satu dan dua ada cerita pribadi ada imajinasi.
Hmm... Kalau aku sih, ini sulit banget ya pertanyaannya, karena aku sangat menghindari mengkonversi sebuah karya seni dalam penilaian berbentuk angka. Menurut aku setiap orang penilaian berbeda dan ini kayaknya udah permainan rasa sih.
Nah aku tuh belum pernah dengar. Ternyata pas aku dengar mereka juga progresif rock atau agak sedikit progresif metal yang dicampur dengan sedikit seriosa. Ternyata ada juga yang seperti itu, seru banget.
Nah kalau aku sih lebih ke... jangan... kalau kita sebagai komposer atau pekerja seni jangan memikirkan apa kata orang. Tapi kita mikirin dulu kita sendiri, perasaan kita sendiri. Kalau aku memang prinsipnya adalah karya aku ya cerita tentang hidup aku.
Dan aku percaya dan selalu tahu orang akan selalu ada yang suka dan tidak dalam sebuah karya seni, kan itu selera ya. Jadi itu harus dikesampingkan dulu akan opini dari orang lain karena nanti akan mengganggu proses kreatif dan pad akhirnya kalian enggak bisa jernih dalam berkarya.
Dari sebelum pandemi juga udah disiapin sebenarnya di tahun 2020 konser LEXICON dibawa tur keliling beberapa kota di Indonesia. Khusus LEXICON, tapi enggak apa demi keselamatan kita semua.
Yaudah akhirnya untuk menggaungkan LEXICON kita bikin konser virtual, dan itu masih awal pandemi banget ya jadi yang sema WFH enggak temu orang, konser virtual kotak-kotak.
Iya, ini rangkaian menuju album. Jadi Unlock The Key single pertama dan Il Sogno single kedua.
Penginnya sih akhir tahun ini, tapi kita kan enggak pernah tahu spontanitas yang terjadi di hidup aku. Apalagi sekarang juga udah label sendiri, kumaha aing hahaha.