Satu hal yang layak dikagumi dari kisah panjang Rurouni Kenshin (2012-2021) adalah bagaimana kisah panjang ke masa depan dan ke masa lalu berpusat pada suatu simbol, yaitu tanda 'X' di pipi Kenshin.
Rurouni Kenshin: The Beginning mempertebal sejarah asal-muasal tanda 'X' tersebut, di mana ternyata dua orang pembuat tanda tersebut adalah sepasang kekasih, Tomoe dan mantan kekasihnya.
Hal tersebut berkaitan dengan dua adegan yang berulang-ulang sejak Rurouni Kenshin: The Origins (2012), yaitu adegan Pertempuran Toba Fushumi di badai salju, dan pembunuhan kekasih Tomoe di Kyoto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekali lagi, keterkaitan dan keterikatan waralaba lima film dibentuk amat baik, membuktikan bahwa produksi Rurouni Kenshin adalah sebuah grand design yang memukau.
Lima film dirasa tepat secara kuantitas merangkum kisah panjang sang samurai dalam versi manga (komik) dan anime (serial kartun televisi).
Berangkat dari kemunculan tanda 'X' di pipi pemeran utama yang terasa aneh dan tak penting, nyatanya tanda tersebut punya kisah panjang dalam konstruksi pribadi Kenshin.
Pada akhirnya kita tahu siapa Kenshin Himura. Ia bukanlah tokoh utama superhero yang suci. Justru dosa-dosa di masa lalu yang membuat kita tahu bahwa Kenshin adalah tokoh utama yang apa adanya.
Ia adalah pembunuh berdarah dingin, ia adalah samurai yang keji, ia (secara teknis) adalah perebut kekasih orang. Kenshin yang baik hati adalah ujung dari perjalanan batin yang berat.
![]() |
Namun, satu hal yang pasti: Kenshin merupakan seorang samurai yang konsisten ingin menciptakan kedamaian di Jepang. Namun, cara mewujudkannya berbeda, bergantung pada situasi.
Semoga ulasan ini dibaca oleh penonton yang telah menuntaskan lima film waralaba Rurouni Kenshin, sehingga kita punya pemahaman dan kepuasan yang sama soal konstruksi tokoh Kenshin.
Pada akhirnya tetap dapat dikatakan bahwa Rurouni Kenshin merupakan salah satu proyek live-action terbaik. Tak mudah tentunya mewujudkan proyek live-action.
Transformasi format dari karya orisinal anime atau manga tentu risikonya besar. Sama seperti cerita lainnya, Rurouni Kenshin atau Samurai X punya banyak penggemar.
Adegan laga pertempuran amat fantastis, namun tetap nampak realistis mengingat latar cerita adalah kenyataan - samurai sungguh ada -, yang dipotret dramatis.
Penokohan setiap karakter tidak terasa gagal, hampir semuanya (setidaknya terasa) seperti yang digambarkan di manga dan anime, pun Kenshin.
Takeru Satoh bisa memerankan seorang samurai yang dingin, tak berperasaan. Dalam waktu berbeda, ia pun dapat menjadi sosok yang hangat dan penuh iba.
Setiap dari lima film waralaba Rurouni Kenshin berakhir, sebagai penggemar Rurouni Kenshin atau Samurai X rasanya ingin berdiri dan bertepuk tangan, begitu mengangumkan.
Apalagi, kisah Kenshin di tengah pergantian era/rezim memberi kita pelajaran yang dekat dengan kehidupan: Meski korbankan darah, runtuhnya rezim tak mungkin tak bersisa.
(fjr)