Senada, akademisi film dari Institut Kesenian Jakarta, Satrio Pamungkas, berpendapat rasa penasaran akibat perdebatan adalah hal yang bisa memengaruhi penjualan film. Walau pada dasarnya, perdebatan itu muncul akibat kritik dan pujian terhadap film.
"Kritik itu bisa mendatangkan penonton, pujian juga bisa datangkan penonton. Jadi bukan karena kritiknya tapi kehebohannya dan buat orang penasaran. Iya karena heboh. Jadi menciptakan curiosity itu bekerja," kata Satrio.
Kondisi itu juga diungkapkan Nisa, pegawai swasta, sebagai salah satu penikmat film. Menurutnya, rasa penasarannya tumbuh akibat perdebatan antara kritik dan pujian yang beredar di media sosial.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rasa penasaran itu yang kemudian mendorongnya menyaksikan film yang ramai diperdebatkan untuk membuktikan sendiri kebenarannya.
"Kalau emang akses untuk menontonnya mudah, kayaknya saya tonton karena kepo. Malah jadi penasaran karena dikritik begitu," ucap Nisa.
Namun, Raiy memiliki sikap berbeda. Sebagai penulis sekaligus penikmat film, Raiy mengatakan tidak tertarik untuk menyaksikan film yang viral diperdebatkan apabila bukan genre kesukaannya.
"Seviral apapun film itu di media sosial tapi bukan genre kesukaan, saya tidak akan tonton," ucap Raiy.
Kritikus film Eric Sasono menyatakan situasi perdebatan di media sosial yang kemudian memengaruhi niatan menonton seperti itu memang belum bisa lepas dari industri perfilman Indonesia.
"Nah itu dia ya. Sekarang masih berlaku any kinds of publication disebut promotion. Itu masih sih," ucap Eric.
Kondisi itu sejatinya juga tercatat dalam penelitian bertajuk The Effects of Critics Reviews on Movie Demand dari Jose Ignacio Azuela-Flores, Victor Fernandez-Blanco, dan Maria Jose Sanzo-Perez yang terbit dalam jurnal Contaduría y Administración, Vol. 57, No. 2, April-Juni 2012.
Berdasarkan survei yang berlangsung pada 2002-2003 dan melibatkan 12.180 individu di atas usia 15 tahun yang memiliki konsumsi kebudayaan seperti film dan pertunjukan, tim peneliti menemukan bahwa ada hubungan antara ulasan dengan minat penonton.
"Review film bukan hanya mengurangi 10,5 persen kemungkinan penonton meninggalkan film tersebut, tetapi juga meningkatkan 1,4 persen peluang kehadiran setidaknya sekali dalam sepekan," tulis mereka.
"Berdasarkan hasil penelitian kami, apapun hasil ulasannya, baik positif dan negatif, ketika calon penonton semakin banyak membaca kritik, semakin berminat mereka untuk ke bioskop (menonton film)," lanjutnya.
(chri/fjr)