Bahasa 'Cinta' Itu Bernama Kritik Film

CNN Indonesia
Minggu, 29 Agu 2021 08:31 WIB
Terlepas dari bentuk komentar atau penilaian dari penikmat atau penonton suatu karya, penting kiranya mengenal lebih dulu soal kritik dan review.
Ilustrasi kritik film. Terlepas dari bentuk komentar atau penilaian dari penikmat atau penonton suatu karya, penting kiranya mengenal lebih dulu soal kritik dan review. (Foto: iStockphoto/phototechno)

Sementara itu, kritik film dalam konteks ilmu atau akademik bersifat lebih kompleks. Akademisi Film dari Institut Kesenian Jakarta Satrio Pamungkas mengungkapkan beberapa hal pasti ditemukan dalam kritik film secara akademik.

"Kalau posisinya adalah seperti akademisi, saya bisa tahu nih kritik film baiknya gimana, dari pencahayaan, angle kamera, dengan teori-teori dan edukasi film, aliran dan gaya film, mungkin dari sejarah film. Makanya kalau di sidang film itu beratnya minta ampun," kata Satrio.

"Para akademisi ini juga harus paham betul terhadap wacana dominan. Pada hakikatnya film itu dibuat dan disajikan di bioskop online itu untuk ditonton masyarakat," tuturnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kritikus film sekaligus penulis naskah Eric Sasono mengungkapkan beberapa aspek yang bisa dituliskan ketika hendak mengulas bahkan mengkritik sebuah film, seperti peran sosial politik atau konteks, kemudian hal-hal teknis mencakup akting, editing, serta estetika.

Mulai dari aspek-aspek tersebut si penulis kemudian membangun argumentasi serta memberikan bukti-bukti pendukung.

"Jadi tidak ada bentuk yang harus dipenuhi, baku atau tidak. Tapi bagaimana mereka membangun argumentasi dan bagaimana si pembaca menilainya," kata Eric Sasono yang pernah memenangkan Piala Citra Festival Film Indonesia untuk Kritik Film Terbaik.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kritik sendiri juga berarti sebuah tanggapan yang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya atau pendapat. 

Sehingga, ia meyakini masyarakat dominan yang merupakan penikmat film sejatinya bisa mengkritik film dengan aspek-aspek formal serta kritis. Pada dasarnya hal-hal tersebut bisa dipelajari.

"Oh iya tentu. Pembuatan film saja bisa dilakukan yang tidak pernah sekolah film apalagi membahas film. Itu menurut saya hal yang penting," ucap Eric.

"Tapi memang biasanya, kritikus, hal yang menekuni bidang itu mereka biasanya mempelajari sejarah film, melihat berbagai macam film untuk mencari referensi, mencari perbandingan, dan seterusnya."

"Di situ mungkin letak perbedaannya dalam hal pembahasan dan membangun argumennya. Apakah terbatas pada perasaan-perasaan dia saja atau dibahas lebih jauh kalau ini pernah ditemukan di film yang lain," tuturnya.

Ciri khas kritik dan review film yang amat subjektif inilah yang sempat menjadi perbincangan hangat di media sosial dalam beberapa waktu terakhir, mulai dari etika kritik hingga mencari hakikat dari kritik juga ulasan.

Terlepas dari bentuk komentar atau penilaian dari penikmat atau penonton suatu karya, penting kiranya mengenal lebih dulu soal kritik dan review. Hal itu pula yang mendasari Fokus edisi Agustus 2021 kali ini: 'Love-Hate' Kritik Film.

Fokus kali ini bukan hanya sekadar membahas apa esensi dari kritik atau review film, melainkan juga pandangan mereka dari para pembuat karya, pengulas karya, hingga penikmat karya.

Meski berbeda-beda sudut pandang, penilaian, hingga bahasa komunikasi kala menyampaikan argumentasi, pada dasarnya seluruh pihak tersebut punya kesamaan: mencintai film dengan bahasanya masing-masing.

(chri/fjr)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER