Jakarta, CNN Indonesia --
Sebuah rumah berpagar hitam dengan pintu utama dari seng tersembunyi di balik semak dan pepohonan di tepi Jalan Cikini Raya. Hanya plat "10 A" yang menempel di sisi pagar rumah tersebut yang dilintasi kendaraan tanpa ada yang peduli.
Rumah itu adalah saksi bisu perkembangan kawasan Cikini, dari semula berupa pinggiran pemukiman elit peninggalan era kolonial pasca-Batavia, Menteng, hingga kini menjadi salah satu pusat wisata dan kebudayaan di Jakarta.
Rumah berplat 10 itu adalah milik pebisnis tiket yang dikenal bernama "Ibu Dibjo" atau dibaca "ibu Dibyo". Namanya masyhur di balik sebagian besar tiket acara, konser, pertandingan, hingga pentas-pentas yang digelar di Jabodetabek.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bernama asli Ida Kurani Soedibjo, kisah Ibu Dibjo dan rumahnya bermula dari keinginan sang ibu membantu suaminya mengumpulkan dana dalam rangka membangun sebuah sekolah di Jalan Sukabumi, Menteng, pada 1963.
Ia kemudian memilih berjualan tiket sebuah pertunjukan film yang kala itu bakal digelar di Hotel Indonesia. Ia pun memilih rumahnya yang berhalaman luas dan megah kala itu sebagai lokasi penjualan tiket.
Tak dinyana, penjualan tiket ala Ibu Dibjo sukses. Kesuksesan Ibu Dibjo menjual tiket pun melirik penyelenggara pemutaran film lainnya. Mereka pun meminta Ibu Dibjo menjual tiket-tiket tersebut.
Semakin berkembang, rumah yang semula adalah salah satu kediaman elit Menteng pun menjelma menjadi pusat penjualan tiket alias ticket box yang belum banyak ada pada era '60-70-an. Lokasinya di Cikini yang strategis pun menjadi pendongkrak bisnis tersebut.
 Rumah Ibu Dibjo adalah saksi bisu perkembangan kawasan Cikini. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Lama-lama, bukan hanya film yang menitipkan tiketnya kepada Ibu Dibjo. Konser musik hingga pertandingan bulu tangkis pun mempercayakan Ibu Dibjo sebagai agen penjualan tiketnya. Tak jarang, mobil-mobil berjejer di Cikini tiap menjelang sebuah acara.
Kenangan itu masih terpatri pada Uta, salah seorang warga asli Cikini yang ditemui CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu. Sembari memainkan linting rokok dan tersenyum dengan gigi yang nyaris sudah habis, pria kelahiran 1953 itu masih ingat kala ia bujang dan ikut terciprat kemasyhuran bisnis Ibu Dibjo.
"Dulu pada saat ada pertandingan bulu tangkis, mobil berjejer antri sampai TIM [Taman Ismail Marzuki]," kata Uta sambil menunjuk arah TIM, sekitar 200 meter di sebelah selatan.
"Pada parkir sampai situ," lanjutnya.
Padahal, rumah Ibu Dibjo terbilang luas bila membayangkan kondisinya dulu. Menurut salah satu mantan penjaga yang tak mau disebut namanya, rumah yang sudah tak dimiliki oleh keluarga Ibu Dibjo sejak sedekade lalu memiliki luasan sekitar 1.300 meter persegi.
Ukuran luas itupun tidak termasuk dengan lahan di sebelah rumah tersebut. Dulu lahan yang kini menjelma menjadi sebuah gedung yang cukup luas itu disebut masih tergabung dalam lahan rumah Ibu Dobjo.
"Itu dulu lapangan [rumah]," kata Uta menunjuk gedung berarsitektur modern di samping rumah Ibu Dibjo tersebut.
Uta mengenang lebih jauh kala dirinya berusia 20-an, dan membantu kerumunan yang mengantre membeli tiket di rumah Ibu Dibjo.
lanjut ke sebelah...
Meski halaman rumah Ibu Dibjo terbilang luas dan bisa memuat sejumlah mobil pembeli, namun jumlah pengunjung memang kadung membludak tiap jelang ada pertandingan.
"Kadang mereka [pembeli] titip ke saya buat beliin dulu, kasih uang baru saya beliin pagi-pagi," kenang Uta. Lumayan penghasilan iseng bagi pemuda warga lokal.
Pengakuan Uta selaras dengan penjabaran kenangan akan Ibu Dibjo di laman resmi perusahaan tersebut.
"Semakin berkembangnya usaha penjualan tiket, tidak hanya tiket nonton saja yang dijual Ibu Dibyo, tetapi juga beragam tiket konser, sepak bola, bulu tangkis, dan pertunjukan seni," tulis laman Ibu Dibjo.
"Salah satu pencapaian Ibu Dibyo adalah pada 1975 ketika Ibu Dibyo dipercaya menjadi distributor tiket grup disko yang terkenal pada dekade '70-an, Boney M," lanjut pernyataan laman itu merujuk pada pelantun Rasputin (1978) yang viral di kalangan pengguna TikTok.
[Gambas:Youtube]
Uta juga mengenang keramaian di rumah Ibu Dibjo bukan hanya jelang ada acara seperti konser atau pertandingan, tetapi ketika momen khusus seperti Ramadan dengan mengadakan kegiatan tertentu di rumahnya.
"Pokoknya mobil penuh," lanjutnya sembari tangannya mengarah acak ke Cikini Raya yang penuh lalu lalang kendaraan seolah-olah menggambarkan mobil-mobil yang parkir puluhan tahun silam.
"Jarang warga sini ke pengajian Ibu, kan beda kelurahan. [rumah] Itu Gondangdia, ini Menteng," lanjutnya.
Kini rumah Ibu Dibjo diam membisu. Rumah tersebut disebut penduduk sekitar telah berpindah tangan sejak sekitar 2011. Konon, rumah itu akan dijadikan tempat usaha. Menurut mantan penjaga rumah, baru beberapa bulan lalu eks-rumah Ibu Dibjo itu mulai direnovasi.
Sejumlah perubahan pun sudah tampak pada rumah tua itu. Terlihat dari luar, ada pemberian aksen tiang klasik pada dinding jendela serta penggantian lantai serta kusen jendela. Belum diketahui perubahan apa lagi yang diberlakukan di rumah tersebut.
"Rumah [Ibu Dibjo] ini saja yang belum pernah diubah, yang lainnya sudah jadi gedung," kata Uta. "Sama ini," lanjutnya menunjuk deretan kios Bakoel Koffe yang hanya selemparan batu dari rumah Ibu Dibjo.
Perubahan eks-rumah Ibu Dibjo tak terelakkan. Apalagi, Cikini kini semakin berbenah dan akan menjadi salah satu tujuan wisata perkotaan alias urban tourism.
 Sejumlah perubahan diberlakukan pada eks-rumah Ibu Dibjo. (CNN Indonesia/Endro Priherdityo) |
Menurut Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, salah satu daya tarik wisata di Cikini adalah keberadaan beragam tempat bersejarah dan tempat kongko legendaris.
Pada Rabu (15/9), Kepala Bidang Pemasaran dan Atraksi Dinas Pariwisata DKI Jakarta, Hari Wibowo mengatakan rencana tersebut turut mempertimbangkan nilai-nilai sejarah di kawasan tersebut.
"Kami di Jakarta mencoba mengangkat destinasi wisata perkotaan melalui tempat-tempat bersejarah yang ada, untuk menghidupkan wisata perkotaan," katanya seperti diberitakan Antara.
"Sasaran utama wisatawannya warga Jakarta sendiri, karena saat ini situasi masih pandemi, dan ke depan wisatawan dari luar daerah," lanjutnya.
Kawasan Cikini sendiri sebelumnya telah difasilitasi oleh Pemprov DKI Jakarta dengan rampungnya proyek revitalisasi trotoar di kawasan tersebut.