Jakarta, CNN Indonesia --
Artikel ini mengandung beberan/spoiler.
Mulanya seperti tontonan yang mempromosikan lanskap 'Gongjin' dengan memanfaatkan popularitas dan pesona 'Hong Banjang' belaka.
Namun akhirnya, sebagian dari kita, penonton drama Hometown ChaChaCha dibuat sedih harus berpisah dengan warga desa tepi pantai tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Romansa Yoon Hye-jin (Shin Min-ah) dan Hong Du-sik (Kim Seon-ho) akhirnya hanya benang merah saja, mengantar kita ke hal-hal yang lebih hangat dari sekadar ciuman.
Hometown ChaChaCha memang mengisahkan kedatangan Yoon Hye-jin, seorang dokter gigi ke sebuah desa bernama Gongjin.
Hal-hal klise mempertemukan Hye-jin dengan Du-sik, Hong Du-sik, atau Hong Bajang (begitulah ia disapa warga Gongjin).
Cerita juga melibatkan premis bahwa Hye-jin harus beradaptasi dengan warga Gongjin, bertahan hidup, dan menanggalkan zona nyamannya di Seoul.
Women's Empowerment
Puing-puing kisah dan masalah yang dihadapi warga Gongjin membuat sebagian dari kita seharusnya sadar atas penekanan sebuah pesan: Women's Empowerment atau pemberdayaan wanita.
Hal tersebut bisa langsung disadari ketika tokoh Yo Hwa-jeong (Lee Bong-ryun) menolak bergantung pada keberadaan pria di hidupnya. Seorang diri menghidupi dirinya dan anak semata wayang.
Setiap keputusan dan risiko dalam hidupnya ia ambil sendiri, termasuk menerima kembali permohonan rujuk dari mantan suami dengan pengakuan salah di masa lalu.
 Tokoh-tokoh dalam Hometown ChaChaCha menggambarkan bukti dari independensi dan kekuatan wanita. (Foto: tvN) |
Begitu pun wanita-wanita Gongjin lainnya yang menolak hidup di bawah ketiak pria:
Joo Nam-suk (Cha Cheong-wa) yang hidup untuk menyembuhkan luka masa lalu kehilangan anak, Ham Yun-gyeong (Kim Ju-yeon) yang hingga hari bersalinnya masih sedia menjaga toko kelontong.
Gambaran ketegaran dan kekuatan wanita juga diperlihatkan Yu Cho-hui (Hong Ji-hee) yang di akhir cerita memberanikan diri menyatakan rasa sukanya pada Yo Hwa-jeong.
Penulis Wang Ji-won, bertahan atas keteguhannya, dan menghindar 'bergantung' pada rasa sukanya untuk Ji Seong-hyeon.
Yang lebih jelas, independensi wanita juga dipotret lewat tokoh utama, Yoon Hye-jin yang punya otoritas penuh pada segala hal yang ia jalani dan miliki.
Menyatakan cinta, hingga melamar duluan juga bisa jadi gambaran atas hal tersebut.
Perlu dicatat, tiga asmara di drama ini dimulai ketika tokoh wanita nyatakan cinta lebih dahulu: Yoon Hye-jin, Pyo Mi-seon, dan Wang Ji-won.
Gambaran wanita-wanita desa Gongjin yang kuat termasuk nenek Gam-ri (Kim Young-ok) membantu mengikis nilai-nilai patriarkis yang tercermin lewat industri hiburan.
Gender power juga diimbangi oleh kerumitan Oh Chun-jae (Jo Han-chul) membesarkan Oh Ju-ri sebagai ayah tunggal yang memperjuangkan hidup.
Cara mereka bertahan hidup membuat anggapan "Hawa tercipta di dunia untuk menemani sang Adam" tak lagi relevan.
Simak cara Hometown ChaChaCha menjawab anggapan klise di halaman berikutnya..
Refleksi Timpang Ekonomi di Korea
Sejumlah tayangan fiksi coba memptret ketimpangan ekonomi di Korea Selatan yang tercatat dalam sejarah. Kapitalisme yang mencekik, orang-orang 'kecil' yang dibuat bergantung.
Tak cuma Hometown ChaChaCha, sepertinya hal tersebut sedang coba direfeksikan serial-serial Korea. Hal tersebut juga dipotret oleh serial Netflix populer, Squid Game.
Kembali ke relevansi dengan drama, rupanya kerumitan dalam diri Hong Du-sik yang ia sembunyikan berkaitan dengan gonjang-ganjing ekonomi Korea.
Keputusannya kembali ke desa dan menjadi 'Hong Banjang' di Gongjin dipicu peristiwa buruk yang menimpanya setelah pasar saham terguncang dan hajat hidup orang-orang yang 'bergantung' menjadi terancam.
Kejadian tersebut kemudian melahirkan pribadi Hong Du-sik yang paham bertahan hidup sebatang kara, tidak kikuk pada gaya hidup metropolis, dan mampu membawa diri pada pesona dan persona yang mengagumkan.
Sebagian penonton jadi terikat pada persona Hong Banjang, persona pria cuek ala drama Korea yang dibintangi seorang 'rising star' bernama Kim Seon-ho.
Romansa yang Inklusif
Meski jatuh cinta, dunia tak hanya milik Hye-jin dan Du-sik berdua. Hubungan mereka jadi jalan bagi sutradara dan penulis untuk menggali dinamika warga Gongjin.
Penonton dibuat berada di kebagahiaan dan kesedihan warga Gongjin. Perasaan seperti ini pernah sukses disajikan drama tvN lainnya, Reply 1988.
Merasakan kehangatan hubungan antar-warga di Hometown ChaChaCha membuat sebagian dari kita ingat kembali, betapa nyamannya hati ketika menonton Reply 1988.
 Romansa antara tokoh Yoon Hye-jin dan Hong Du-sik dalam Hometown ChaChaCha jadi jalan untuk melihat kisah yang lebih luas (Foto: Arsip tvN via Hancinema) |
Tak lupa, penulis cerita juga menggambarkan kondisi desa negara Timur yang ideal, guyub, tertib, gotong-royong dan menghadirkan sosok polisi idola bagi warga (Kang Hyung-suk).
Perayaan atas hubungan Hye-jin dan Du-sik di episode akhir juga jadi perayaan bersama warga Gongjin, jadi pelipur lara usai nenek Gam-ri meninggalkan duka dalam bagi mereka.
Dua episode akhir betul-betul 'dalam', dan jadi jawaban atas citra klise yang terus dibubuhkan sepanjang musim.
Tuduhan Klise yang Klise
Adegan-adegan romantis di paruh awal Hometown ChaChaCha membuat drama tersebut dinilai klise oleh banyak orang.
Tapi klise sebagai negasi adalah hal yang klise. Kisah yang bagus tak melulu butuh kerumitan. Meski, kerumitan masa lalu Hong Du-sik jadi salah satu penyelamat atas risiko citra FTV pada drama.
Yang dinilai klise pada akhirnya yang membuat sebagian penonton nyaman, yang membuat drama ini hidup dari awal sampai akhir.
Seketika membunuh ke-bucin-an di episode 15 dengan patah hati dan kegelapan adalah wahana sendiri bagi penonton drama karya sutradara Yoo Je-woon dan penulis Shin Ha-eun ini.
Tokoh utama yang suci tak bernoda, kisah benci berubah cinta, romansa tepi laut.
Cap klise dan remeh-temeh akan datang dari kanan-kiri. Namun keterikatan dan rasa bahagia yang didapati membuat saya akan santai saja menjawab:
"Memang kenapa?"