Komunikasi Krisis yang Loyo dalam Kasus Kim Seon-ho
Beberapa hari terakhir, penggemar Kim Seon-ho dirundung kecemasan. Idola mereka yang baru merampungkan drama Korea hits, Hometown ChaChaCha, itu diterpa isu miring. Meski akhirnya Kim Seon-ho minta maaf.
Kim Seon-ho terseret namanya sebagai sosok di balik "aktor K" yang memaksa kekasihnya untuk melakukan aborsi dan diungkap dalam sebuah artikel anonim pada akhir pekan kemarin.
Namun kecemasan penggemar di media sosial lebih didominasi karena agensi yang menaungi Kim Seon-ho, SALT Entertainment, dianggap terlalu lama membuka suara untuk memberikan respons dan keterangan awal.
Hanya saja pada Rabu (20/10), sang aktor akhirnya buka suara. Kim Seon-ho minta maaf pada mantan kekasihnya dan juga orang-orang yang bekerjasama dengannya. Permintaan maaf ini dilayangkannya lewat sebuah pernyataan resmi.
"Saya bertemu dengannya dengan perasaan yang baik. Dalam prosesnya, saya menyakitinya dengan kelalaian dan tindakan saya yang ceroboh."
"Saya ingin meminta maaf dengan tulus kepada semua orang yang terluka. Saya tahu bahwa tulisan bodoh saya tidak akan mencapai hati banyak orang, tetapi saya mengatakan ketulusan saya setidaknya dengan cara ini. Saya benar-benar minta maaf."
Lihat Juga : |
Para penggemar dunia hiburan Korea mesti paham, segala rumor dan tudingan akan selalu mengancam idola mereka.
Agensi sebagai pihak yang mengelola kehidupan para idol dan pihak terdekat diharapkan penggemar bisa merespons serta menjawab segala rumor demi menjaga citra juga karier idola.
Namun yang terjadi dengan Kim Seon-ho justru bak menggambarkan respons yang loyo untuk kasus sekelas tudingan pemaksaan aborsi. Sejak rumor rilis pada Minggu (17/10), agensi baru buka suara pada Selasa (19/10), itu pun hanya berupa jawaban mengambang.
Lihat Juga : |
Padahal biasanya jarak pernyataan agensi dari momen pertama kali rumor beredar tak pernah lama, kadang beberapa jam ada pula yang hanya sehari berselang.
Akibatnya, bola rumor kadung membesar dan menyambar ke berbagai aspek. Mulai dari perkembangan cancel culture terhadap Kim Seon-ho, hingga penghilangan wajahnya dari banyak iklan.
Popularitas Kim Seon-ho pun menguap begitu cepat dan jelas mengganggu kariernya yang telah dibina dari bawah sejak lama.
Hal itu pula yang disinggung oleh akademisi Komunikasi Universitas Paramadina, Faris Budiman Annas. Ia menilai bila isu miring yang menerpa figur publik tidak segera dikendalikan, maka akan menimbulkan resiko besar terutama bagi kariernya.
Dalam hal selebriti, risiko yang diterima bisa berupa pemutusan kontrak dengan agensi hingga tidak menerima tawaran pekerjaan sama sekali.
"Jika kita lihat dari sisi komunikasi, figur publik [yang terseret rumor/skandal] itu sedang masuk dalam kondisi krisis. Maka pendekatan komunikasi yang dilakukan juga harus pendekatan komunikasi krisis," ujar Faris kepada CNNIndonesia.com, Selasa (19/10).
Faris menilai pendekatan komunikasi krisis perlu dilakukan oleh figur publik di era perkembangan teknologi dan informasi seperti saat ini karena audiens yang dihadapi adalah netizen. Netizen akan mengulik sebuah isu hingga menemukan kebenaran.
"Ketika publik dibohongi, mereka akan lebih pintar. Mereka akan mengulik informasi itu secara detail dan isunya malah bergulir terus," kata Faris.
Salah satu strategi yang bisa dilakukan saat figur publik sedang diterpa isu miring, disebut Faris, adalah dengan merespons cepat. Jika tidak cepat, maka isu itu akan terus bergulir dan berdampak lebih luas.
Walau harus merespon dengan cepat, figur publik harus tetap mengutamakan kebenaran informasi yang disampaikan.
Lanjut ke sebelah...