Jakarta, CNN Indonesia --
Sejumlah manga diadaptasi menjadi live-action. Namun, beberapa live-action dihujat karena sejumlah faktor. Mulai dari alur yang tidak sesuai dengan manga, efek CGI, hingga para karakternya.
Diberitakan CBR dan Screenrant, berikut lima live-action terburuk hasil adaptasi manga.
1. Attack on Titan
Attack on Titan merupakan manga shonen yang ditulis dan diilustrasikan Hajime Isayama. Manga itu dimuat dalam Bessatsu Shōnen Magazine sejak September 2009-April 2021.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Manga Attack on Titan kemudian diangkat menjadi film yang tayang pada 2015. Film ini diramaikan sejumlah bintang termasuk, Haruma Miura, Hiroki Hasegawa, dan Kiko Mizuhara.
Namun, ide anime Attack on Titan dianggap terlalu besar dan ambisius untuk dibuat ulang dengan versi live-action. Selain itu, teknologi CGI yang digunakan dalam live-action ini disebut hanya seperti sandiwara layar hijau.
Attack on Titan juga dikritik karena hanya ada satu karakter Asia yaitu Mikasa Ackerman. Sementara itu, pemeran lainnya memiliki nama dan berpenampilan seperti orang Eropa.
 Attack on Titan (2015). Ide anime Attack on Titan dianggap terlalu besar dan ambisius untuk dibuat ulang dengan versi live-action. (dok. Kôdansha/Licri/Nikkatsu/Toho Company/Toneplus Animation Studios IMDb) |
2. Dragon Ball Evolution
Dragon Ball merupakan manga yang ditulis dan diilustrasikan Akira Toriyama pada 1984. Manga tersebut kemudian dimuat dalam Weekly Shōnen Jump sejak 1984 hingga 1995.
Dragon Ball mengisahkan perjalanan Son Goku yang dari kecil berlatih seni bela diri. Sepanjang perjalanannya, Goku bertemu banyak teman, menemukan warisan, serta bertempur dengan penjahat.
Sejak dirilis, Dragon Ball menjadi salah satu manga tersukses sepanjang masa karena telah terjual di lebih dari 40 negara dan animenya disiarkan di lebih dari 80 negara.
Pada 2002, manga tersebut dibuat dalam versi film yang berjudul Dragonball Evolution. Namun, film ini mendapat kritik dari sejumlah pihak.
Film ini dianggap buruk karena menghapus mitologi Goku yang menjelaskan bagaimana dia menjadi seorang Saiyan dan memperoleh kemampuannya.
Setelah film ini dikritik, Ben Ramsey selaku penulis naskah meminta maaf karena telah menggunakan pendekatan yang salah dalam menulis naskah film tersebut.
[Gambas:Youtube]
Live-Action anime/manga terburuk lanjut ke sebelah..
3. Death Note versi Netflix
Manga Death Note ditulis Tsugumi Ohba dan diilustrasikan Takeshi Obata. Manga tersebut mengisahkan Light Yagami, remaja genius yang menemukan buku catatan misterius bertajuk Death Note.
Yagami menggunakan Death Note untuk melakukan pembantaian terhadap individu yang dianggap tidak bermoral.
Manga Death Note kemudian diadaptasi menjadi serial anime berjumlah 37 episode pada 2006 hingga 2007. Manga tersebut juga diadaptasi menjadi tiga film live-action yang tayang di Jepang pada 2006 dan 2008.
Pada 2017, Netflix menggarap film Death Note yang dibintangi Nat Wolff, Lakeith Stanfield, Margaret Qualley, Shea Whigham, Paul Nakauchi, Jason Liles, serta Willem Dafoe.
Namun, film ini banyak dikritik karena dianggap mengubah alur dan eksekusi cerita. Film ini juga dianggap mengubah pemeran utamanya. Alih-alih mengisahkan seorang psikopat, film ini disebut berubah genre menjadi romansa.
[Gambas:Youtube]
4. Fullmetal Alchemist
Manga Fullmetal Alchemist ditulis dan diilustrasikan Hiromu Arakawa. Manga ini dimuat dalam Monthly Shōnen Gangan sejak 2001 hingga 2010.
Fullmetal Alchemist kemudian diadaptasi menjadi dua serial anime. Manga ini kemudian diadaptasi menjadi film live-action pada 2017.
Namun, film tersebut mengecewakan penggemar manga Fullmetal Alchemist karena hanya mengadaptasi empat jilid pertama dari alur cerita.
Empat jilid tersebut disebut terasa terlalu padat bagi penggemar. Selain itu, para pemainnya juga hanya mengalami sedikit perkembangan.
 Fullmetal Alchemist kemudian diadaptasi menjadi dua serial anime. Manga ini kemudian diadaptasi menjadi film live-action pada 2017. (dok. Aniplex/Asahi Shimbun/Dentsu via IMDb) |
5. Devilman
Manga Devilman ditulis dan diilustrasikan Go Nagai. Manga tersebut mengisahkan Akira Fudo, siswa sekolah menengah yang menyerap kekuatan iblis bernama Amon.
Manga yang dipublikasikan pada 1971 hingga 1973 itu kemudian diadaptasi menjadi film live-action pada 2004. Film garapan Hiroyuki Nasu itu dikritik karena efek khususnya yang buruk serta pemerannya yang minim pengalaman akting.
Beberapa pihak bahkan menganggap Devilman sebagai adaptasi live-action terburuk sepanjang masa.