Ritual di pantai atau laut seperti yang dilakukan sekelompok orang di Jember beberapa waktu lalu sejatinya jamak dilakukan oleh aliran kepercayaan di Indonesia, terutama terkait dengan pembersihan diri.
Guru Besar Antropologi Budaya Universitas Gadjah Mada, Heddy Shri Ahimsa-Putra, mengatakan kepada CNNIndonesia.com, Selasa (15/2), ritual tersebut sudah biasa dilakukan dalam masyarakat, terutama di wilayah pantai selatan Jawa.
"Jadi ritual itu kan ada macam-macam tujuannya. Untuk pembersihan diri kita sendiri, bisa juga untuk membuat kita bisa lebih bersatu dengan alam. Tetapi kalau yang ini kelihatannya ke arah pada pembersihan dan penyucian," kata Heddy.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Tentu saja yang lebih tahu adalah kelompok itu, tetapi sejauh yang saya lihat beritanya dan upayanya untuk ke sana (pantai) biasanya itu penyucian karena dekat dengan air," lanjutnya.
Penyelenggaraan upacara adat atau ritual tersebut juga kerap dilakukan pada malam hari karena lebih sepi dan suasananya mendukung orang agar lebih konsentrasi.
Namun, orang yang melakukan ritual sering tidak waspada dan mempertimbangkan aspek-aspek krusial lainnya. Heddy mengatakan bahwa memperhatikan situasi dan kondisi laut juga penting saat melakukan ritual.
"Sebetulnya tidak ada masalah jika di pinggir laut, tetapi mereka harus memperhatikan situasi laut seperti apa. Itu yang saya kira penting," kata Heddy.
Pembahasan keselamatan ritual di tepi pantai mencuat setelah prosesi yang dilakukan kelompok Tunggal Jati Nusantara di Pantai Payangan, Jember, Jawa Timur pada Minggu (12/2) dini hari menelan korban.
Lanjut ke sebelah..