Drummer Foo Fighters, Taylor Hawkins, meninggal dunia pada Jumat (25/3) malam di sebuah hotel yang berada di Bogota, Kolombia. Dalam penyelidikan lebih lanjut, tim penyidik Kolombia menemukan jejak 10 jenis zat psikotropika di dalam tubuh Hawkins.
"Tes toksikologi urine yang dilakukan pada tubuh Taylor Hawkins awalnya menemukan 10 jenis zat," kata para penyidik sebagaimana dilansir dari AFP.
Sejumlah psikotropika yang ditemukan dalam tubuh Hawkins dalam penyelidikan tersebut di antaranya ganja, opioid, antidepresan, dan obat-obatan lainnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jejak obat-obatan itu juga termasuk THC yang ditemukan dalam ganja. Meski demikian, para penyelidik tidak merinci apakah obat tersebut yang menyebabkan kematian musisi berusia 50 tahun itu.
Kabar kematian Hawkins sendiri diumumkan secara langsung oleh pihak Foo Fighters melalui pernyataan resmi yang diunggah di akun Instagram mereka.
"Keluarga Foo Fighters berduka atas kepergian yang tragis dan terlalu dini dari Taylor Hawkins yang kami cintai. Semangat bermusiknya dan tawanya yang riang akan hidup bersama kita selamanya," tulis Foo Fighter.
Oliver Taylor Hawkins lahir di Fort Worth, Texas, pada 1972. Saat berusia empat tahun, ia dan keluarganya pindah ke Laguna Beach, California.
Hawkins mulai mengenal musik di usia yang sangat belia. Saat remaja, ia bergabung dengan beberapa band lokal dan sempat menjadi drummer penyanyi rock Sass Jordan.
Setelah keluar, ia kemudian bergabung dengan Morissette dan ikut dalam tur untuk promosi album Jagged Little Pill pada 1995.
Dia bergabung dengan Morissette hingga Maret 1997. Setelah keluar dari Morissette, Hawkins bergabung dengan Foo Fighters pada 1997. Ia merupakan salah satu elemen kunci dari suara dan citra Foo Fighters.
Dia meninggalkan seorang istri dan tiga anaknya setelah meninggal dunia.
(tst/asr)