OPINI | Amber Heard: Saya berbicara menentang kekerasan seksual - dan menghadapi kemarahan budaya kita. Itu harus berubah.
Amber Heard adalah aktivis dan duta hak-hak perempuan di American Civil Liberties Union.
"Saya mengalami pelecehan saat berusia begitu muda. Saya mengetahui hal-hal tertentu sejak awal, tanpa harus diberi tahu. Saya tahu bahwa laki-laki memiliki kekuatan - secara fisik, sosial, dan finansial - dan banyak institusi mendukung pengaturan itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saya tahu ini jauh sebelum kata-kata ini keluar, dan saya yakin Anda juga mempelajarinya saat masih muda.
Seperti banyak perempuan, saya telah dilecehkan dan diserang secara seksual pada saat saya masih kuliah. Namun, saya diam - saya tidak berharap bahwa mengajukan keluhan bisa mendatangkan keadilan. Saya jadinya tidak melihat diri saya sebagai korban.
Kemudian, dua tahun lalu, saya menjadi figur publik yang mewakili kekerasan dalam rumah tangga, dan saya merasakan tekanan dari budaya kemarahan terhadap perempuan yang berani berbicara.
Teman dan penasihat memberi tahu saya tidak akan pernah lagi bisa bekerja sebagai aktris - saya akan masuk daftar hitam. Sebuah film yang saya bintangi jadi mengatur ulang pemerannya.
Saya baru saja berkampanye dua tahun sebagai wajah dari merek fesyen global, dan perusahaan itu kemudian membuang saya.
Muncul pertanyaan apakah saya akan mampu mempertahankan peran sebagai Mera dalam film Justice League dan Aquaman.
Saya memiliki sudut pandang langka dalam melihat hal ini, secara real time, bagaimana institusi melindungi laki-laki yang dituduh melakukan pelecehan.
Bayangkan seorang pria kuat sebagai kapal, seperti Titanic. Kapal itu adalah perusahaan besar. Ketika kapal itu menabrak gunung es, banyak orang yang putus asa berusaha menambal lubang - bukan karena mereka percaya atau peduli dengan kapal tersebut, tapi karena nasib mereka bergantung pada perusahaan.
Dalam beberapa tahun terakhir, gerakan #MeToo telah mengajari bagaimana kekuatan bekerja seperti ini, tidak hanya di Hollywood tapi juga di semua jenis institusi - tempat kerja, tempat ibadah, atau hanya di komunitas tertentu.
Dalam setiap lini kehidupan, perempuan menghadapi situasi laki-laki yang ditopang kekuatan sosial, ekonomi, dan budaya. Lembaga-lembaga ini mulai berubah.
Kita berada dalam momen politik transformatif. Presiden kita (AS) telah dituduh lebih dari selusin wanita melakukan pelanggaran seksual, termasuk penyerangan dan pelecehan.
Kemarahan terhadap pernyataan dan perilakunya (Presiden) telah memberi energi kepada oposisi yang dipimpin perempuan. #MeToo memulai percakapan tentang seberapa besar pengaruh kekerasan seksual terhadap perempuan dalam setiap bidang kehidupan.
Lanjut ke sebelah...