Hal itu juga tak lepas dengan protokol kesehatan pandemi yang semakin longgar.
"Pintarnya, kreator menabung karya ini menjadi sebuah tabungan yang dibuat, lalu ditayangkan ketika sudah ada area kebebasan untuk menonton di bioskop," ucap Satrio.
Keputusan KKN di Desa Penari tayang pada 30 April juga dinilai sebagai keputusan berani. Sebab, penayangan itu bersamaan dengan perilisan Doctor Strange in the Multiverse of Madness.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Doctor Strange 2 yang merupakan raksasa Hollywood itu semula tampak seperti ancaman bagi film lokal. Namun pada akhirnya, KKN di Desa Penari berhasil menahan derasnya penonton Doctor Strange 2 berkat sejumlah faktor penentu di atas.
Selain itu, Satrio juga memprediksi adanya perubahan tren usai kesuksesan KKN di Desa Penari. Salah satu yang paling memungkinkan adalah semakin maraknya film yang diadaptasi dari cerita viral di media sosial.
Cerita-cerita yang viral di media sosial disebut bisa membuat sebuah efek yang menghadirkan banyak penonton.
Di sisi lain, tren ini juga bakal membuat naskah film asli atau original screenplay menjadi lebih sulit mendulang penonton karena ceritanya yang kurang familier.
"Jadi mereka itu bukan lagi murni 'saya punya cerita menarik nih', lalu ditawarkan. Itu akan lebih berat dibanding kalau cerita itu sudah ada di sosial media, banyak followersnya, banyak yang suka, itu akan lebih cepat," ucap Satrio.
![]() |
"Jadi tren sosial media ini bisa dijadikan sebuah efek yang menghadirkan banyak penonton. Dia berusaha membawa semua yang membaca/melihat itu ke bioskop," lanjutnya.
Raihan impresif KKN di Desa Penari juga disebut Satrio sebagai momentum bagi industri film Indonesia. Keberhasilan film tersebut dalam bersaing dengan raksasa Hollywood seperti Doctor Strange 2 menunjukkan bahwa film Indonesia mempunyai potensi untuk merajai pasar lokal.
Pencapaian itu juga memberi gambaran terkait karakteristik penonton Indonesia. Dengan demikian, film-film yang digarap perlu memperhatikan tren dan permintaan pasar jika ingin mencetak jutaan penonton.
"Kita harus bisa produksi sesuai dengan yang penonton harapkan," ucap Satrio.
"Ini jadi momentum yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh para produser untuk membuat film Indonesia yang menarik penonton Indonesia untuk datang ke bioskop," pungkasnya.