Langkah selanjutnya adalah promosi. Ia menyimpan seluruh materi KKN di Desa Penari di dalam "gudang" dan menguncinya. Ia menunggu momen yang tepat untuk membuka kembali pintu gudang tersebut.
Ketika momennya tiba, ia melakukan promosi jor-joran agar semakin banyak penonton pergi ke bioskop untuk menyaksikan film horor tersebut. Bahkan, ia memiliki strategi promosi yang berbeda untuk KKN di Desa Penari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pertama kali dalam sejarah (MD Pictures) enggak ada press conference, enggak ada press screening. Buat apa konpers? Biarin aja. Malah nanti lebih digali. Bikin orang lebih penasaran, dong," ujarnya.
Pun halnya dengan sutradara Angga Dwimas Sasongko yang sekaligus CEO Visinema. Ia memperlakukan semua film yang diproduksi oleh Visinema Pictures dengan sama. Yang berbeda, rancangan promosinya.
"Tidak pernah ada formula yang pasti. Tergantung dari strategi dan KPI (Key Performance Indicator) yang mau dicapai dari masing-masing film," ungkap Angga kepada CNNIndonesia.com.
Ambil contoh dua film Visinema Pictures, berjudul Keluarga Cemara (2019) dan Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini (2020). Kedua film tersebut, meskipun sama-sama meraih di atas 1 juta penonton, memiliki selisih yang cukup jauh.
Film Keluarga Cemara mendulang 1.701.498 penonton, sedangkan Nanti Kita Cerita tentang Hari Ini berada di atasnya dengan total 2.256.876 penonton.
Cahaya dari Timur: Beta Maluku dan Filosofi Kopi yang merupakan dua film produksi Visinema pertama bahkan tidak masuk ke dalam daftar panjang film Indonesia yang mencapai 1 juta penonton. Menurut Angga, karena setiap film memiliki keunikannya masing-masing.
"Setiap film, 'kan, pasti unik sehingga memunculkan yang berbeda-beda. Untuk memunculkan apa keunikan dari film tersebut sehingga bisa diterima penonton, itu yang selalu kami lakukan di setiap film," jelas Angga.