Belum lagi dengan gaya bermain kamera oleh Kimo dan sinematografer Patrick Tashadian. Kolaborasi mereka sedikit banyak menahan kelopak mata saya agar tak menutup pulas.
Saya juga ingin memberikan apresiasi pada kru dan tim desain produksi yang bekerja keras menciptakan suasana dekade 90-an. Mulai dari mencari walkman, gimbot, mobil kijang kotak, bus lawas, hingga mencari lokasi set yang bisa mendukung cerita.
Hanya saja, beberapa hal tampaknya tidak logis berada pada dekade tersebut. Seperti bentuk telepon, pemutar piringan hitam, kamera tustel dan tripodnya yang masih terlihat modern, hingga kondisi rumah yang kurang diperhatikan secara detail sehingga kurang meyakinkan saat adegan cerita dekade '40-an.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, ada sedikit komentar untuk tim rias rambut. Entah mata saya yang salah, atau saya lebih cenderung melihat rambut Ivanna di layar sebagai kuning alih-alih pirang seperti identitas karakter itu. Oh satu lagi, alisnya Ivanna masih terlalu hitam.
Terkait penampilan akting para pemain, saya tak punya banyak komentar. Namun bila harus menilai, saya lebih suka penampilan para pemain senior dalam Ivanna, terutama Yati Surachman dan Rina Hassim.
Aksi Rina yang dulu sering saya lihat di sinetron dan kerap berperan sebagai Oma yang memiliki pengaruh budaya kompeni memberikan nilai tersendiri pagi Ivanna. Apalagi kalau bukan aksen ijk jij yang catchy didengar.
![]() |
Kerja para pemain-pemain muda juga tak buruk. Mereka jelas menunjukkan kerja kerjasnya meski saya juga enggan berekspektasi lebih.
Hanya satu hal yang membuat saya tak nyaman saat melihat Arthur (Junior Roberts) dan Agus (Shandy William). Gaya bicara mereka yang "lo-gue" rasanya kurang pas bila dibawa ke latar cerita pada dekade '90-an
Meski dua karakter ini adalah dewasa muda yang memang sudah terpengaruh penggunaan bahasa gaul, tapi gaya "lo-gue" rasanya lebih akrab ketika sudah memasuki peralihan milenium alih-alih di awal dekade '90-an.
Namun saya bisa saja salah dan mungkin memang sudah keinginan dari si empunya cerita menghadirkan percakapan ala anak gaul saat ini di film tersebut.
Terlepas dari itu semua, keputusan menyaksikan Ivanna rasanya akan terasa lebih berfaedah bila memang sudah akrab dengan novelnya dan menggemari gaya horor dari studio pencetak film laris ini.