Episode 3 Di Tepi Sejarah ini akan mengantarkan penonton pada kisah hidup seorang pria cuek nan sederhana bernama Soedjarwoto Soemarsono.
Penyanyi yang lebih populer disebut Gombloh ini sangat dikenal berkat kobaran semangat di album Kebyar-Kebyar yang sarat dengan nilai patriotik.
Selain itu, kesuksesan komersial dari album itu tak membuat Gombloh bergabung dalam hingar bingar dunia hiburan. Ia jauh dari kata glamor dan tak ingin melepaskan kodrat sebagai pria sederhana sampai meninggal pada 1988.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gombloh mungkin belum terlalu jauh dengan kehidupan kita jika dibandingkan dengan tokoh sejarah lain," ujar produser Yulia Elvina mendeskripsikan Gombloh sebagai tokoh penting dalam sejarah Indonesia.
Lihat Juga : |
"Nah alasan mengapa Gombloh ini perlu diangkat karena apa yang selama ini diperjuangkan oleh mendiang Gombloh masih kita rasakan hingga hari ini," cetusnya.
Panggil Aku Gombloh akan diarahkan sutradara Joind Bayuwinanda dengan naskah yang ditulis bersama oleh Guruh Dimas Nugraha dan Agus Noor. Sosok Gombloh akan diperankan tunggal oleh Wanggi Hoed.
Panggil Aku Gombloh akan tayang pada 24 Agustus di Indonesiana TV dan kanal YouTube Budaya Saya.
Episode ini akan mengisahkan perjalanan panjang sang maestro dalam menciptakan karya-karya pentingnya yang berada di balik kegelisahan dan kerseahan.
Menyoroti perjalanan Ismail Marzuki pada masa remaja, Senandung di Ujung Revolusi akan menceritakan lagu-lagu populer ciptaannya, seperti Rayuan Pulau Kelapa, Sapu Tangan dari Bandung Selatan hingga Indonesia Pusaka dapat menginspirasi para pejuang di garda terdepan.
"Kita sudah sepatutnya mengerti bahwa pahlawan itu bukan hanya berbicara dari seonggok senjata. Seperti kata Ismail Marzuki, 'Apakah aku akan dianggap sebagai pahlawan? Apakah mereka akan mengingatku? Walaupun mereka tidak mengingatku, ingatlah lagu-laguku," tutur Lukman Sardi mengutip dialog Ismail Marzuki yang ia pentaskan dalam episode ini.
"Jadi lagu-lagu yang dibuat Ismail Marzuki itu ternyata emang berdasar dari kegelisahan beliau tentang Indonesia dari mata dirinya," lengkapnya.
Senandung di Ujung Revolusi diarahkan sutradara Agus Noor yang juga menulis naskah bersama dengan Putu Arcana. Dalam episode ini, sosok Ismail Marzuki akan diperankan Lukman Sardi yang juga menampilkan penampilan khusus dari Akiva Sardi.
Senandung di Ujung Revolusi akan tayang pada 25 Agustus di Indonesiana TV dan kanal YouTube Budaya Saya.
9 adalah salah satu perempuan yang menjadi pelukis pertama di Indonesia. Ia begitu berjasa dalam khazanah seni rupa di Indonesia era modern.
Berkat karya-karya yang berani dan mendobrak, Emiria Soenassa juga jadi salah satu anggota delegasi yang hadir di Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda untuk mewakili Indonesia.
"Ketika membaca naskah dan pengarahan dari seluruh tim kreatif yang terlibat, saya melihat sosok Emiria sebagai wanita yang sangat persisten," ungkap pemeran Dira Sugandi mengagumi Emiria Soenassa.
"Semangat beliau sangat terasa di diri saya. Dia itu orang yang keukeuh, tak kenal takut untuk menyuarakan pemikiran-pemikiran dia, sehingga itu memudahkan saya untuk masuk ke dalam karakter beliau," tutur Dira.
Yang Tertinggal di Jakarta diarahkan sutradara Sri Qadariatin melalui naskah yang ditulis oleh Felix K. Nesi. Sosok Emiria Soenassa akan diperankan oleh Dira Sugandi.
Yang Tertinggal di Jakarta akan tayang pada 31 Agustus di Indonesiana TV dan kanal YouTube Budaya Saya.
(far/chri)