Awal Anggrek berkenalan dengan dunia fanfiction adalah ketika ia mengikut manga Bleach.
Saat itu, manga populer Jepang itu mengeluarkan chapter terbaru tiap satu bulan sekali. Anggrek yang tidak sabar menunggu chapter selanjutnya rilis akhirnya mencari celah untuk mengisi kekosongan dalam dirinya.
"Ternyata komunitas fans itu tuh semuanya saling satu pendapat ya. Jadi kalo kecapekan nunggu orisinalnya ya bikin aja sendiri," kata Anggrek.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebiasaan itu terus terbawa hingga ia dewasa. Kini ia hobi membaca fanfiction salah satu idol Korea yang ia kagumi.
Kekosongan dalam dirinya terus terisi dan mendapatkan kepuasan dari hobinya itu.
"Intinya kan kita suka karakter itu, 'kan, dan kita pengin nontonin mereka atau dapat sesuatu lagi dari mereka," kata Anggrek. "Jadi, ya, gimana caranya mengisi kekosongan itu."
Alasan ini disetujui oleh Putri Andam Dewi, dosen sastra Jepang Binus University. Pembaca fanfiction memang mencari karya tulisan penggemar untuk mencapai suatu kepuasan diri.
Selain karena suka terhadap karya orisinal dan karakternya, pembaca ingin mencari bentuk tulisan yang berbeda dari karya aslinya.
"Ada keinginan dari balik penulis atau pembacanya untuk satu [bentuk] yang berbeda. Di situ ditumbuhkan di AU. It's free, terserah," kata Andam.
Lihat Juga : |
Meski demikian, psikolog Klinis Nirmala Ika Kusumaningrum memberikan peringatan kepada para pembaca fanfiction. Banyak fanfiction yang memiliki tema dewasa dan dapat diakses bebas oleh pembaca tanpa pandang umur.
"Kalau orang dewasa itu sudah jadi pilihannya dia untuk baca cerita kayak gitu," kata Nirmala.
"Karena kebanyakan akhirnya terlalu bebas dan genrenya jadi dewasa, perlu diwaspadai karena banyak ceritanya juga dikonsumsi oleh usia yang lebih muda," sambungnya.