Mengenang Sosok Korinus Mandosir, Pencipta Lagu Apuse yang Terlupakan

CNN Indonesia
Jumat, 16 Sep 2022 20:10 WIB
Mendiang Tete Korinus Mandosir (kanan) bersama mendiang istrinya. (Arsip Istimewa)
Jakarta, CNN Indonesia --

Syair lagu berbahasa Biak dengan bunyi "Apuse kokon dao. Yarabe soren doreri. Wuf lenso bani nema baki pase" begitu akrab di benak dan telinga masyarakat Indonesia sejak dulu.

Namun beberapa hari ke belakang, nama pencipta lagu Apuse baru mencuat. Seperti ironi, nama mendiang Korinus Mandosir justru baru diketahui sebagai pencipta asli lagu Apuse setelah ia tiada pada Rabu (14/9) pagi di Biak, Papua.

Selama ini, tak banyak yang mengetahui rekam jejak beliau sebagai sosok di balik penciptaan lagu sederhana namun bermakna dalam tersebut.

Salah satu kerabat terdekat, Denny Yomaki, menjelaskan secara terperinci kepada CNNIndonesia.com, Kamis (15/9), tentang kehidupan sehari-hari Tete Korinus di Biak.

Korinus Mandosir Sarumi lahir dari sepasang suami istri suku Wandamen yang berasal dari daerah Wondama, Wasior. Dari Wasior inilah nama belakang Sarumi berasal.

Keahlian orang tuanya dalam membuat senjata parang membuat kedua orang Korinus berpindah menuju Kampung Sowek di Pulau Biak untuk memperoleh kesempatan yang lebih baik.

Asas kekeluargaan yang begitu erat dari masyarakat di Kampung Sowek, Biak membuat kedua orang tua Korinus merasa seperti di rumah. Bahkan, nama belakang Mandosir yang berasal dari Kampung Sowek pun akhirnya diturunkan kepada Korinus saat ia lahir.

Pantai Batu Picah terletak di Distrik Warsa sekitar 75 kilometer dari kota Biak, Papua. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni)

Pada 23 Juli 1940, sosok bernama Korinus Mandosir Sarumi lahir pada 23 Juli 1940 lewat orang tua yang sudah mementingkan pendidikan.

Sejak kecil, Korinus mendapatkan pendidikan dasar ala Belanda hingga ia memulai kariernya sebagai seorang guru.

Mendiang Korinus memulai karier sebagai guru sejak awal 1960-an. Menurut Denny, Korinus sangat melaksanakan tanggung jawab sebagai tenaga didik itu dengan sepenuh hati.

Jiwa dan pengabdiannya sebagai guru tersebut membawa mendiang Korinus mulai menciptakan syair-syair bernada. Metode inilah yang menjadi andalan dirinya untuk menarik perhatian para anak didiknya agar tertarik untuk belajar.

"Beliau seorang guru yang sangat bersahaja, tapi juga berkarakter. Artinya, beliau sangat senang untuk melihat murid-muridnya itu senang dalam belajar," cerita Denny Yomaki.

Gerombolan anak-anak SMA dan SMP di Biak, Papua sedang berangkat menuju sekolahnya, Selasa (17/11/2015). (CNN Indonesia/Tri Wahyuni)

"Beliau kemudian banyak menulis lagu-lagu untuk mengajar kepada anak-anak didik di sekolahnya. Nah lagu-lagu ini kebanyakan ditulis menggunakan bahasa Biak," terangnya.

Salah satu lagu ciptaannya yang membekas adalah Apuse. Lagu ini bercerita soal pesan Tete (bapak) Korinus Mandosir kepada anak muridnya untuk mengingat pesan ayah ibu mereka agar tak menyia-nyiakan proses pendidikan.

Saat itu, Korinus yang sedang menjalani masa-masa awal karier sebagai guru, sangat ingin untuk membagikan semangat dalam menuntut ilmu setinggi mungkin kepada anak-anak yang mendiami kampung itu.

"Jadi lagu Apuse itu kan bicara tentang orang tua. Lagu itu sebenarnya mau mengajak anak-anak yang mau pergi sekolah ke Manokwari, atau anak-anak pada saat itu menyebutnya Doreri, supaya mereka pergi sekolah harus ingat orang tua," kata Denny

"Mereka pergi ke sekolah itu ada tujuan, tidak sekadar pergi saja, sehingga bisa bersekolah dengan baik. Jadi itu tujuan dia [Korinus Mandosir] menciptakan lagu pada saat itu," lanjut Denny.

Lanjut ke sebelah...

Harapan untuk Anak Bisa Kembali ke Kampung


BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :