Jakarta, CNN Indonesia --
One Piece 1.060 dibuka dengan ekspresi kaget Luffy yang mendengar kabar Sabo diklaim telah membunuh Raja Arabasta Nefertari Cobra.
Luffy mengamuk dan mengatakan bahwa kabar itu adalah sebuah kebohongan dan tak mungkin melakukan tindakan itu.
Selain Luffy, Robin yang selama timeskip bergabung dengan Pasukan Revolusi pun menyakini kabar itu adalah sebuah hoaks.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Robin Pasukan Revolusi hanya mengincar para bangsawan, bukan para raja.
Luffy sangat ingin pergi ke Arabasta setelah mendengar kabar kematian Cobra, adanya perlawanan Pasukan Revolusi, dan keberadaan Vivi yang entah di mana.
Keinginannya itu dimentahkan Zoro yang mengatakan rentetan peristiwa itu terjadi di Mary Geoise dan tak ada gunanya pergi ke Arabasta.
Mendengar itu, Luffy lantas mengubah keinginannya untuk pergi ke Mary Geoise.
[Gambas:Video CNN]
Zoro semakin emosi. Ia mengatakan bahwa tak mungkin mereka pergi ke sana karena itu artinya mereka akan menghadapi seluruh pasukan Angkatan Laut.
Ia lantas meminta Luffy untuk mendinginkan kepala sebelum memutuskan langkah selanjutnya.
Zoro juga mengingatkan Luffy soal apa yang dulu pernah dia katakan saat melihat vivre card Ace sedikit terbakar.
Saat itu Luffy tidak khawatir karena meyakini Ace punya petualangan sendiri dan Luffy tak mau mengganggu itu.
Mendengar ucapan Zoro, Luffy sedikit melunak meski dirinya masih menghujat Zoro.
Robin lantas melanjutkan cerita soal berita-berita yang ada di surat kabar. Termasuk, soal penghapusan sistem Shichibukai hingga terbentuknya Cross Guild yang dalam surat kabar itu disebut dicetuskan Buggy.
Sebenarnya masih ada beberapa informasi lain di surat kabar itu yang menyinggung nama Luffy.
Namun, Luffy tampak tidak peduli. Ia hanya meminta Robin untuk memberitahunya saat kondisi sudah gawat.
Luffy yang sudah tenang lalu bercerita soal Sabo yang dulu hidupnya terkekang. Itu menjadi dasar tujuan hidup Sabo selama ini.
Sabo, kata Luffy, ingin semua orang bisa hidup bebas dan menjelajahi dunia, lalu menuliskan semua pengalamannya itu di sebuah buku.
Luffy pun menceritakan bahwa dulu dia, Ace, dan Sabo pernah bersumpah dan masing-masing dari mereka mengungkapkan apa mimpi mereka.
Di momen ini, sama seperti di momen-momen sebelumnya, mimpi Luffy tidak diperlihatkan. Adegan langsung lompat ke reaksi dari orang-orang yang mendengar mimpi itu.
Zoro dan Nami terlihat kaget, Jinbei mempertanyakan ucapan Luffy, Brook dan Franky tertawa terbahak-bahak, Usopp seakan tak percaya. Sedangkan, Sanji meminta Chopper untuk memeriksa kepala Luffy, Robin tak bisa berkata-kata, bahkan Chopper terlihat kagum saat mendengar mimpi Luffy.
Usopp kemudian mengingatkan bahwa mimpi itu tak mungkin bisa jadi kenyataan.
Namun, Luffy menegaskan bahwa jika dia bisa menjadi Raja Bajak Laut, maka mimpi itu bisa jadi kenyataan.
Setelah itu, Luffy baru menyadari bahwa selama ini dia belum pernah menceritakan mimpinya ke teman-temannya di Bajak Laut Si Topi Jerami.
Lanjut ke sebelah...
Luffy baru sadar bahwa hanya ada tiga orang yang pernah mendengar mimpinya itu, yaitu Ace, Sabo, dan Shanks.
Menurut Luffy, ketiganya malah tertawa saat mendengar mimpi itu, bahkan Shanks sampai menangis terbahak saat mendengar itu.
Franky mengatakan untuk mewujudkan mimpi itu, setidaknya Luffy harus jadi Raja Bajak Laut. Juga, untuk mendekat ke predikat itu, Luffy dkk hanya perlu menemukan satu Road Poneglyph lagi agar bisa mencapai Laugh Tale.
Robin dengan cepat memotong ucapan Franky dan menyebut bahwa Road Poneglyph yang tersisa justru adalah yang paling sulit dicari.
Menurut Robin, selama ini tak ada satu orang pun yang pernah menemukan batu itu dan tak ada petunjuk sama sekali mengenai di mana keberadaan Road Poneglyph itu.
Selesai dengan mimpi Luffy, adegan pindah ke penyadapan yang dilakukan Angkatan Laut terhadap jalur komunikasi Pasukan Revolusi.
Angkatan Laut berhasil menemukan keberadaan Sabo yang ternyata kabur ke Kerajaan Lulusia tak lama setelah peristiwa di Reverie berakhir.
Lulusia sendiri adalah negara yang baru saja mengalami revolusi besar-besaran. Pasukan Revolusi pun dianggap jadi pemantik revolusi itu.
Beralih ke komunikasi antara Sabo dan Pasukan Revolusi yang kini bermarkas di Kerajaan Kamabakka, Sabo menyebut bahwa kabar dia membunuh Raja Cobra adalah berita bohong.
Sabo menegaskan bahwa dia bukan pelaku pembunuhan Cobra. Tapi, dia melihat hal tak terduga saat beraksi di Mary Geoise.
Hal yang disaksikan Sabo berkaitan dengan Singgasana Kosong di Kastil Pangea yang seharusnya tidak diduduki oleh siapa pun.
Namun, belum selesai memberikan informasi ke Pasukan Revolusi, Sabo melihat fenomena aneh di langit Lulusia.
[Gambas:Video CNN]
Sebuah bayangan hitam tiba-tiba muncul dan menembakkan 16 laser yang langsung menghancurkan dan melenyapkan seluruh dataran Lulusia.
Kemunculan bayangan itu ada kaitannya dengan percakapan Gorosei dan aktivitas Im-sama yang mendengarkan percakapan Sabo dengan Pasukan Revolusi.
Gorosei mengatakan bahwa nasib Lulusia sudah takdir yang tak bisa dihindarkan. Sementara Im-sama terlihat mencoret Lulusia dari peta dunia.
Tak lama setelah itu, Divisi Komunikasi Angkatan Laut diminta mematikan penyadapan yang mereka lakukan. Mereka disebut tidak sedang melacak atau menyadap apapun, dan sejak awal Kerajaan Lulusia tak pernah ada di dunia ini.
Rentetan kejadian itu pun ditutup dengan Pasukan Revolusi yang masih mencoba menghubungi Sabo dan kejadian di Lulusia dianggap sebagai gempa laut yang berpotensi memunculkan tsunami.
One Piece chapter 1.060 ditutup dengan rombongan Bajak Laut Topi Jerami yang mulai mendekat ke pulau selanjutnya.
Para kru terlihat mengenakan baju hangat lantaran cuaca dingin di perairan yang mereka lalui.
Di tengah perjalanan itu, Luffy melihat pusaran air hangat raksasa dan ada manusia yang terperangkap di dalamnya.
Zoro menggunakan jurus Ittoryu Yakkodori untuk memotong pusaran itu. Ternyata sosok manusia yang terperangkap adalah salah satu anggota Super Nova, yaitu Jewelry Bonney.