LIPUTAN KHUSUS

Dua Sisi Koplo di Yogyakarta yang Memang Istimewa

Mohammad Farras Fauzi | CNN Indonesia
Kamis, 09 Mar 2023 11:09 WIB
Di tanah Yogyakarta ini, musik koplo membagi pendengarnya ke sudut tradisional dan yang lainnya ke sudut kontemporer.
Konser Koplo NDX A.K.A, salah satu grup musik yang melambungkan koplo di Indonesia. (CNN Indonesia/Adi Ibrahim) (CNN Indonesia/Adi Ibrahim)

Namun bila memang melebur, musik koplo di Yogyakarta dan sekitarnya tetap terasa unik. Di tanah Mataraman ini, musik koplo membagi pendengarnya ke sudut tradisional dan yang lainnya ke sudut kontemporer.

"Yogya sendiri berbeda," kata Etnomusikologi ISI Surakarta, Denis Setiaji. "Dominasi antara musik populer yang juga dikreasikan dengan gaya kekinian, dangdut dengan gaya kekinian,"

"Rasa musikal dangdutnya kuat tapi juga sebetulnya popnya juga sangat kuat. Ya, walaupun dangdut sebetulnya juga sejatinya juga pop," paparnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masyarakat Yogyakarta yang dianggap lebih melek terhadap seni budaya populer, menciptakan musisi-musisi semacam NDX AKA, Ndarboy Genk, atau Gyon Waton. Apalagi mereka dianggap punya kepekaan terkait relevansi kultural oleh generasi muda.

"Dari sisi taste, musikal. Dari sisi sastranya, misalnya. Walaupun menggunakan bahasa Jawa yang dari Yogya, tapi sastranya itu agak 'kesenja-senjaan' lah kalau [kata anak] zaman sekarang," kata Denis.

Konser Koplo NDX A.K.A. (CNN Indonesia/Adi Ibrahim)Konser Koplo NDX A.K.A. (CNN Indonesia/Adi Ibrahim)

Anggapan Denis itu pun tampak nyata terlihat dari perbincangan kami dengan Nanda NDX AKA, dan Helarius Daru Indrajaya alias Ndarboy Genk.

Dua pemuda Yogyakarta ini membawa musik yang berbeda, Nanda dengan hiphop, Ndarboy dengan campursari. Namun keduanya, sama-sama menggunakan unsur koplo dalam musiknya.

Nanda bersama PJR membentuk NDX AKA berbasiskan keinginan menjadi keren lewat kultur hip-hop Latina ala keturunan Meksiko di AS. Namun kata Nanda, ia sadar diri dangdut dan musik tradisional adalah jati diri mereka yang sebenarnya.

"Sebenarnya kami mengikuti yang lagi tren dulu, senggakan-senggakan itu. Karena melihat koplo, 'Wah, koplo ada senggakan yang enak nih'," cerita Nanda. "Nah, kami terapkan di hip hop dangdut kami walaupun enggak pakai take asli, tapi pakai MIDI kan kami. Bagaimana caranya biar asik,"

Sementara Ndarboy, mengaku lebih dibesarkan dengan asupan musik-musik tradisional bersama orang tuanya. Mendiang The Godfather of Broken Heart alias Didi Kempot menjadi salah satu idolanya.

"Yang jelas musik-musik campursari tuh semuanya saya suka. Pokoknya lagu-lagu daerah, lagu-lagu dengan nuansa gamelan gitu saya suka," kata Ndarboy.

"Terus, koplo, campursari, dangdut, pongdut, istilah-istilah dangdut itulah. Kita garis besarkan semuanya adalah sub dari dangdut ya," lanjutnya.

"Di sini, Ndarboy Genk menggabungkan itu semua. Biar bagaimana? Khususnya anak muda itu terus bisa mengikuti musik ini tidak bosan, karena saya melihat dulu Pak Didi itu pernah naik di eranya bapak-ibu saya," kata Ndarboy.

Konser Koplo NDX A.K.A. (CNN Indonesia/Adi Ibrahim)NDX AKA jadi salah satu musisi yang sukses meraup keuntungan dari kepopuleran musik koplo. (CNN Indonesia/Adi Ibrahim)

Nanda dan Ndarboy bagai mengamini teori dari Weintraub. Peneliti University of Pittsburgh itu berasumsi bahwa dangdut koplo adalah wadar berekspresi yang lebih bebas.

Hal itu karena musik koplo, dianggap lebih mampu melakukan pergeseran terhadap batas genre musik melalui permainan instrumennya.

Sementara bagi Denis, koplo menawarkan sebuah bentuk kesegaran. Nanda dan Ndarboy adalah bukti mereka yang berhasil menyajikan hal baru bermodal koplo dan musik lain, dan diterima dengan luas. Dan mungkin karena inilah, Yogya memang istimewa.

"Satu akar, satu benang merah, tapi dia menawarkan hidangan lain, rasa lain yang lebih segar dibandingkan menu yang konvensional." kata Denis.

(end/vws)

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER