Sejak kemunculan Inul Daratista dengan goyang ngebornya di televisi nasional pada 2003 lalu, musik koplo terus melekat dalam benak masyarakat.
Bermula dari gaya baru menikmati dangdut di sebuah lokalisasi di Jawa Timur, musik koplo berkembang ke kafe dan hajatan, lapak-lapak tukang VCD, hingga akhirnya masuk ke berbagai layanan streaming.
Lihat Juga :![]() GALERI INTERAKTIF Aduh, Aduh, Koplo |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua dekade berjalan sejak Inul 'mengebor' televisi nasional, musik koplo telah menjamur lebih luas.
Musik koplo kini bukan lagi kegemaran para sopir angkutan, tapi anak muda ala Jaksel pun tak lagi sungkan ikut goyang cihui diiringi musik koplo di festival musik.
CNNIndonesia.com menelusuri jejak perkembangan musik koplo tersebut, dari yang semula tumbuh dari lingkungan pengguna koplo, menjadi sebuah candu tanpa harus bersentuhan benda haram.
Dalam dokumenter tersebut, sejumlah saksi hidup dari berbagai kota di Jawa akan mengisahkan bagaimana mereka menemukan, berinteraksi, dan hidup dari musik dangdut koplo.
Bukan hanya itu, dokumenter Candu Musik Koplo oleh CNNIndonesia.com juga akan menampilkan mereka yang mampu mengembangkan intisari dari koplo: wadah berekspresi dengan lebih bebas.
"Dangdut koplo adalah kekuatan ekonomi yang penting dalam musik populer Indonesia," tulis Andrew N Weintraub dalam buku Dangdut: Musik, Identitas dan Budaya Indonesia (2010).
Naskah:
Endro Priherdityo
Editor Naskah:
Vetriciawizach Simbolon
Tim Peliputan:
Mohammad Farras Fauzi
Prabarini Kartika
Voice Over:
Maulida Balqis
Video dan Editing:
Hamka Winovan
Tim Grafis:
Astari Kusumawardhani
Fajrian