Jakarta, CNN Indonesia --
Synnara Record, tempat penjualan album di Korea Selatan, diboikot tak lama setelah penayangan In the Name of God: A Holy Betrayal pada awal Maret 2023. Seruan boikot itu terjadi hingga ke media sosial beberapa waktu terakhir.
Pemboikotan terjadi usai episode 5 serial dokumenter itu menunjukkan afiliasi langsung distributor album Kpop dengan kultus Aga Dongsan atau Baby Garden yang dipimpin Kim Ki-soon.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Synnara merupakan salah satu distributor ternama album-album Kpop baik di Korea dan internasional. Berdasarkan data-data yang ditampilkan docuseries, penghasilan Synarra digunakan untuk aktivitas Baby Garden.
Seperti diberitakan Korea Joongang Daily pada Rabu (15/3), fan Kpop mengungkapkan kemarahan hingga boikot ketika mengetahui kisah di balik Synnara Record dan sekte Baby Garden.
Mereka kemudian mendesak para penggemar yang lain untuk tidak membeli album yang didistribusikan Synnara. Tak hanya itu, fan juga mendesak para agensi untuk menghindari pendistribusian lewat distributor tersebut.
Lebih dari 30 ribu cuitan menyuarakan boikot Synnara Record per Rabu (15/3). Di sisi lain, tak ada keterangan dari distributor tersebut terkait hal-hal yang ditampilkan dalam serial dokumenter Netflix itu.
Penayangan In the Name of God: A Holy Betrayal menguatkan dugaan yang telah beredar lama di kalangan penggemar Kpop bahwa toko kaset dan album itu didirikan pemimpin sekte.
"Synnara mungkin nama yang tidak begitu familier di kalangan konsumen Kpop generasi muda, tapi itu salah satu distributor terbesar 2000-an ketika album benar-benar dibeli di toko," kata salah satu sumber yang enggan disebutkan namanya.
Lanjut ke sebelah...
[Gambas:Video CNN]
Synnara Record didirikan pada 1982. Mereka hadir di industri K-pop sebagai franchise penjual musik offline yang berbasis di Hongdae, Seoul barat.
Bisnis itu kemudian menjalankan toko online yang mengirimkan album ke penggemar Kpop internasional dan menyelenggarakan beberapa acara jumpa penggemar untuk artis dan idola Kpop.
Synnara meraup uang tunai dalam jumlah besar selama 1980-an dan 1990-an ketika CD dan kaset adalah alat pokok untuk mendengarkan musik.
Mereka juga memiliki kesepakatan distribusi dengan beberapa penyanyi terbesar saat itu, memberikannya hingga 30 persen pangsa pasar volume rekaman pada 1996, menurut dokumen.
Sementara itu, Baby Garden adalah salah satu sekte agama yang dikupas oleh serial dokumenter In the Name of God: A Holy Betrayal dalam episode 5 dan 6.
Kim Ki-soon selaku pimpinan menyebut dirinya sendiri sebagai Aga atau yang berarti bayi. diduga melakukan pemerasan, penyerangan fisik, dan pembunuhan. Salah satu yang paling disoroti adalah pembunuhan Choi Nak-gwi.
Kim Ki-soon menyebut Choi Nak-gwi kerap mengolesi dinding dengan tinja sehingga perlu dihukum.
Ibu Choi, Sun Yeong-re merupakan pengikut sekte tersebut. Ia kemudian mengatakan anaknya harus tinggal di kandang babi dan dihukum hingga bebas. Anak itu juga dilaporkan sering dipukul dan dipaksa makan tinja babi.
Choi Nak-gwi meninggal pada 1987. Kim Ki-soon lalu meminta Sun Yeong-re menandatangani sertifikat kematian bahwa anaknya meninggal gegara serangan jantung.
[Gambas:Video CNN]
Penayangan kisah itu dan seputar Baby Garden membuat pengikut Kim Ki-soon menggugat penayangan dua episode In the Name of God: A Holy Betrayal. Mereka menilai episode itu konten palus dan penghinaan pribadi.
Mereka juga menyatakan layanan streaming dan rumah produksi tersebut harus membayar kompensasi 10 juta won atau Rp117,6 juta (1 won=Rp11,76) per hari jika tetap menayangkan episode tersebut.
Belum ada putusan atas gugatan itu. Proses hukum masih berlangsung mengenai gugatan Baby Garden kepada tim In the Name of God: A Holy Betrayal di Netflix.