Apalagi, kata Noviar, seluruh pihak yang berperan seperti Rhoma, Deep Purple, promotor, dan kru, ada dalam satu lokasi yang sama.
"Betul tanggung jawab promotor. Tapi kalau istilahnya miskom [miskomunikasi], artinya atas ketidaktahuan mereka," kata Noviar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Noviar menduga kelalaian komunikasi perizinan ini karena stigma yang sudah melekat di Indonesia bahwa membawakan musik orang lain sangat mudah, seperti yang terlihat di televisi.
Apalagi acara tersebut dihadiri orang penting seperti Presiden yang membuat penyelenggara acara ingin membuat gimik lebih, sehingga berpotensi abai akan aturan performing rights.
"Jarang ada yang memahami performing rights ini dalam pertunjukan konser," kata Noviar.
"Inikan beda kulturnya di Eropa dan kita. Eropa itu mengenai royalti sangat ketat karena itu bentuk penghargaan yang luar biasa kepada seniman," kata Noviar.
Namun Rhoma sendiri mengaku bahwa dirinya sudah mendapatkan izin untuk membawakan lagu tersebut. Rhoma sendiri menyesalkan akan teguran tersebut, meski tetap menghormati aksi kru itu.
"Sebelumnya (sudah) oke, sebelum pentas oke. Saya sudah konfirmasi dan enggak mau ada apa-apa. Tiba-tiba, accident-lah," ujar Rhoma Irama, Rabu (15/3).
"Iya, menyesalkan, tapi kami menghormati," katanya.
"Oh iya, iya (pihak Deep Purple minta maaf), klarifikasilah," sambungnya
Di sisi lain, Rajawali Indonesia selaku pihak promotor belum memberikan klarifikasi soal viral Rhoma Irama ditegur kru Deep Purple tersebut, baik secara terbuka ataupun menjawab permintaan tanggapan dari CNNIndonesia.com.
Selengkapnya soal aturan membawakan lagu orang lain saat konser ada di sini.