Peluncuran buku tersebut juga diramaikan dengan acara penyerahan tali kasih kepada 10 insan film senior nasional, seperti lima sutradara senior yang mendapat apresiasi karena melahirkan banyak karya film era 1970 dan 1980-an.
Kelima sutradara tersebut yakni Ismail Sofyan Sani, Achiel Nasrun, M. T. Risyaf, Bobby Sandy, hingga Ida Farida. Mereka tercatat menggarap berbagai film era lawas, seperti Merenda Hari Esok (1981) hingga Kembang Semusim (1980).
Apresiasi juga diberikan kepada insan film senior dengan bidang profesi lainnya, termasuk penata rias dan penata artistik. Mereka adalah Inge Rotinsulu dan Firman Hadi, sosok yang banyak terlibat dalam produksi film lawas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
George Kamarullah yang merupakan sinematografer untuk film-film hit juga mendapat apresiasi pada perayaan HFN tahun ini. Ia dikenal sebagai sosok pentinga di balik visual film Kawin Lari (1974), Badai Pasti Berlalu (1977), hingga Doea Tanda Mata (1985).
Apresiasi juga diberikan kelada Mudjiono selaku manajer produksi yang banyak berkecimpung di berbagai proyek film era lampau hingga akademisi film Gerzon R. Ayawaila.
"Kami memberikan penghormatan dan apresiasi yang tinggi kepada 10 insan film senior Indonesia, dari dekade '70 dan '80-an," tutur Kabid Standar Kompetensi dan Pengembangan SDM BPI Nazwar Iskandar di Gedung Film Indonesia, Jakarta Selatan, Kamis (30/3).
"Mereka memiliki dedikasi sangat tinggi di bidang perfilman. Karya mereka memiliki kualitas nilai-nilai bangsa, kepeloporan, serta menjadi inspirasi bagi masyarakat perfilman Indonesia," lanjutnya.
Sementara itu, Hari Film Nasional diresmikan Presiden ke-3 RI B.J. Habibie pada 30 Maret 1999 melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 25 Tahun 1999 tentang Hari Film Nasional.
(frl/chri)