Review Film: The Boogeyman

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Jumat, 09 Jun 2023 20:00 WIB
Review film: The Boogeyman sukses mengembangkan kisah cerita pendek dari imajinasi raja horor Stephen King.
Review film: The Boogeyman sukses mengembangkan kisah cerita pendek dari imajinasi raja horor Stephen King. (20th Century Studios/Patti Perret)
img-title Endro Priherdityo
4
Meski memiliki pengembangan yang bagus dari versi cerpen, The Boogeyman masih belum memenuhi level kengerian film adaptasi karya Stephen King lainnya.
Jakarta, CNN Indonesia --

Saya tak bisa menampik bahwa gagasan trio penulis dan sutradara The Boogeyman sukses mengembangkan kisah cerita pendek dari imajinasi raja horor Stephen King.

Cerita pendek yang rilis pada 1973 tersebut berkembang menjadi sebuah cerita yang cukup utuh, meski tak bisa dibilang kembaran dengan versi aslinya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun kerja keras Scott Beck, Bryan Woods, dan Mark Heyman rasanya patut diapresiasi, terutama bagaimana meramu kisah yang sebenarnya hanya satu adegan menjadi cerita berdurasi 99 menit.

Apalagi, pengembangan yang dilakukan ketiganya juga tak menghilangkan konsep cerita asli dari otak Stephen King. Kisah aslinya bahkan mendapatkan tribut khusus dari sang sutradara, Rob Savage.

Rob Savage memberikan menit-menit awal film sebagai panggung pertunjukan bagaimana gambaran visual dari kisah yang mendasari cerpen The Boogeyman.

Film The Boogeyman diangkat dari cerita pendek bertajuk sama karya Stephen King.Review Film The Boogeyman: Cerita pendek yang rilis pada 1973 tersebut berkembang menjadi sebuah cerita yang cukup utuh, meski tak bisa dibilang kembaran dengan versi aslinya. (dok. 20th Century Studios via IMDb)

Bagi mereka yang pernah membaca cerpen dari Stephen King ini, pasti akan langsung tersambung dengan bagaimana cerita horor yang menghantui dari lemari gelap dan kolong tempat tidur itu berjalan.

Namun bagi yang belum pernah membaca kisahnya, trio penulis memberikan ruang yang amat luas untuk merasakan sensasi baru akan kengerian semesta horor Stephen King.

Hal ini terbilang mulus dilakukan Scott Beck dan Bryan Woods, mengingat keduanya sudah memiliki portfolio dalam menulis film penuh ketegangan dalam A Quiet Place.

Kesan kesunyian yang tak nyaman mirip film horor fiksi ilmiah 2018 tersebut kawin dengan pas dengan paparan visual suram dari sinematografer Eli Born atas arahan Savage.

Meski ini menjadi film komersil pertama, Savage menunjukkan pengalamannya menggarap film-film horor yang sebelumnya masih berskala kecil tapi menuai pujian.

The Boogeyman mungkin tidak seseram saat menyaksikan film horor supranatural yang ada setannya atau selevel film adaptasi karya Stephen King lainnya. Hal ini karena memang kisah The Boogeyman mengangkat kengerian saat berada dalam kegelapan, bukan dari jumpscare ataupun scoring yang bikin parno.

[Gambas:Video CNN]



Selain itu, kisah dalam film The Boogeyman juga disisipi narasi trauma psikologis para karakternya yang menjadi jembatan jawaban dari identitas makhluk mengerikan yang meneror anak-anak ini.

Narasi itu saya anggap sebagai keputusan yang rasional sekaligus cerdas, mengingat folklor akan Boogeyman sebenarnya terbangun dari trauma yang sengaja diciptakan oleh para orang tua kepada anak-anak mereka.

Di sisi lain, The Boogeyman mungkin film horor yang bisa diterima sebagai 'camilan' oleh para horror junkie yang haus akan adrenalin dan ketegangan, hingga mereka yang masih moderat dalam melihat film horor.

Hanya saja, bagi mereka yang memang fobia akan kegelapan dan suka paranoid sendiri kala malam, ada baiknya berpikir dua kali sebelum melihat The Boogeyman.

Namun sekali lagi, walaupun film ini bagi saya tidak seram dan cuma bikin bergidik, The Boogeyman mampu membuat cerita yang lebih kompleks dan menegangkan dibanding versi cerpen.

Selain itu, saya terus terang menyukai keputusan Scott Beck, Bryan Woods, dan Mark Heyman yang memilih tidak menempatkan karakter anak kecil sebagai faktor 'pengacau' dalam cerita.

Vivien Lyra Blair as Sawyer Harper in 20th Century Studios' THE BOOGEYMAN. (20th Century Studios/Patti Perret)Review The Boogeyman: Peran Sawyer yang dimainkan oleh Vivien Lyra Blair justru membuat cerita menjadi berbeda dan bukan klise. (20th Century Studios/Patti Perret)

Peran Sawyer yang dimainkan oleh Vivien Lyra Blair justru membuat cerita menjadi berbeda dan bukan klise. Vivien mampu membawakan sosok Sawyer sebagai anak yang polos tapi berani.

Sebagai catatan, trio penulis tampak masih belum tegas dalam memanifestasikan identitas sejati dari Boogeyman. Hal ini mungkin yang membuat sebagian penonton agak tersesat akan The Boogeyman.

Hal itu terbilang bisa dipahami mengingat Stephen King memang jarang memberikan penegasan akan makhluk mengerikan yang meneror orang-orang dalam semestanya.

Lihat saja Pennywise dalam kisah It. Apa sesungguhnya badut itu? Hantu? Monster? Manusia? Penjelasan rasional yang diberikan dalam filmnya pun sebenarnya masih mengambang.

Namun biarkanlah entitas horor Stephen King seperti The Boogeyman ini menjadi misteri, karena justru ketidakmampuan manusia dalam menjelaskan sesuatu adalah kunci dasar dari rasa takut yang ada dalam DNA manusia sejak masa awal.

[Gambas:Youtube]



(end)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER