Review Film: Indiana Jones and the Dial of Destiny

Prabarini Kartika | CNN Indonesia
Jumat, 30 Jun 2023 20:00 WIB
Harrison Ford menggantung lasso dan topi fedora Indiana Jones untuk terakhir kali lewat film Dial of Destiny.
Harrison Ford menggantung lasso dan topi fedora Indiana Jones untuk terakhir kali lewat film Dial of Destiny. (Jonathan Olley / Lucasfilm Ltd.)
img-title Prabarini Kartika
3
Dial of Destiny menjadi film penutup yang baik untuk berpisah dengan Harrison Ford sebagai Indiana Jones.
Jakarta, CNN Indonesia --

Harrison Ford menutup satu lagi buku waralaba yang dibintanginya. Kali ini, aktor tersebut menggantung lasso dan topi fedora Indiana Jones lewat film Dial of Destiny.

Sutradara James Mangold dan Ford terang-terang mengatakan bahwa film Dial of Destiny ingin menyuguhkan cerita dan menampilkan bagaimana Indiana Jones sudah berada di usia senja.

Itu tampak sejak pertama kali Indiana Jones yang sudah berusia 70-an tahun muncul di layar kaca. Profesor yang kerap disapa Indy itu terbangun di sebuah apartemen sederhana di New York, hanya mengenakan celana pendek.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari adegan tersebut, penonton bisa melihat bagaimana petualang legendaris itu sudah menua. Rambutnya putih dan menipis, badannya semakin membungkuk, jalannya pelan, keriput memenuhi sekujur wajah dan tubuhnya.

[Gambas:Video CNN]

Indiana Jones saat itu benar-benar menggambarkan istilah "grumpy old man" lewat sebuah adegan yang mesti membuatnya berhadapan dengan anak muda.

Mungkin memang cara ini yang dirasa paling tepat untuk menyampaikan bahwa sang petualang arkeolog itu tidaklah abadi. Ia hanya manusia biasa yang ikut menua seiring berjalannya waktu; bahwa ada saatnya dia akan pensiun dari berpetualang untuk membuka tabir rahasia dunia.

Begitulah premis yang ditulis oleh James Mangold bersama rekan penulis lainnya: Jez Butterworth, John-Henry Butterworth, dan David Koepp.

Para penulis itu tampak ingin menunjukkan bahwa Bumi terus bergerak maju dengan menggambarkan bahwa kali ini dunia--tepatnya Amerika dan Rusia--sedang kebut-kebutan untuk mendaratkan manusia pertama kali di Bulan.

Sementara masyarakat melihat ke masa depan, ada Indiana Jones yang masih berkutat dengan masa lalu. Melihat dunia di sekelilingnya, Ia kini sudah tidak nafsu dengan kehidupannya.

Hingga akhirnya karakter Phoebe Waller-Bridge bernama Helena Shaw datang menyelamatkannya. Helena mengajak ayah baptisnya bertualang untuk terakhir kalinya demi menemukan Pelat Archimedes. Artefak itu dipercaya bisa melakukan perjalanan ke masa lalu.

(L-R): Helena (Phoebe Waller-Bridge) and Indiana Jones (Harrison Ford) in Lucasfilm's Indiana Jones and the Dial of Destiny. ©2022 Lucasfilm Ltd. & TM. All Rights Reserved.Karakter yang diperankan Phoebe Waller-Bridge membawa angin segar ke film Indiana Jones 5. (Jonathan Olley / Lucasfilm Ltd.)

Masuknya Waller-Bridge memberikan angin segar bagi film terakhir Indiana Jones. Karakter yang ia perankan cerdik, cekatan, serta tentu saja memiliki minat yang sama dengan ayah dan ayah baptisnya terhadap arkeologi. Jika tidak, maka tidak bakal ada cerita Dial of Destiny.

Helena pada akhirnya mampu memahami betapa pentingnya artefak-artefak kuno itu, bukan sekadar rongsokan dari masa lalu yang bisa ditukar dengan uang.

Begitu pula dengan Indiana Jones. Secara tidak langsung, lewat bertualang dengan Helena ia belajar untuk menghargai masa kini, sepahit apa pun kondisinya.

[Gambas:Youtube]



Lanjut ke sebelah...

Review Film: Indiana Jones and the Dial of Destiny

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER