Penggunaan kecerdasan buatan (AI) menjadi salah satu poin perdebatan yang diperjuangkan dalam aksi mogok penulis dan aktor yang sedang berlangsung di Amerika Serikat.
Sebanyak 160.000 aktor dan profesional media lainnya bergabung dengan asosiasi penulis Writers Guild of America (WGA) untuk menuntut regulasi yang tepat atas hal itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut laporan CTV News, serikat berpendapat para aktor membutuhkan perlindungan terhadap penggunaan teknologi AI yang menggunakan citra dan karya seni mereka tanpa izin, dan para penulis berpendapat studio-studio tidak boleh menggantikan mereka dengan AI untuk menulis skenario.
Cameron pun mengaku tak percaya jika teknologi AI saat ini mampu menggantikan sisi humanis dari para penulis, terutama untuk membuat sebuah naskah yang optimal.
"Saya pribadi tidak percaya pada pikiran tanpa tubuh yang hanya mengulangi apa yang telah diucapkan pikiran-pikiran lain tentang kehidupan yang mereka jalani, tentang cinta, tentang kebohongan, tentang ketakutan, tentang kematian - lalu menggabungkannya menjadi satu kata dan mengulanginya lagi,"
"Saya tidak percaya bahwa itu akan mampu menggerakkan penonton," ucapnya.
Sampai saat ini, Cameron mengaku sama sekali tidak tertarik dengan bantuan AI untuk menulis skenarionya kecuali jika AI bisa berbicara banyak dalam industri perfilman.
"Mari lah kita tunggu 20 tahun lagi, dan jika suatu saat AI memenangkan Oscar untuk kategori Best Scenario, saya pikir kita harus menganggap mereka serius," katanya mengenai kans menggunakan AI dalam pembuatan skenario filmnya.