Djoko Pekik meninggal dunia pada Sabtu (12/8) pada usia 86 tahun. Ia merupakan salah satu seniman besar Indonesia yang juga dikenal pernah menjadi bagian dari kelompok seniman Lekra pada dekade '60-an.
Lekra atau organisasi Lembaga Kebudayaan Rakyat didirikan atas inisiatif anggota yang aktif di Partai Komunis Indonesia (PKI) pada 1950. Namun Lekra sama sekali terpisah dari partai tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kurator dan pengamat seni Amir Sidharta pernah mengatakan kepada CNNIndonesia.com beberapa tahun lalu, bahwa Djoko Pekik dan seniman Lekra termasuk orang yang menyumbang sejarah dalam dunia seni rupa Indonesia.
"Selain teknik berkeseniannya, mereka juga besar karena memiliki sejarah panjang dengan Lekra. Sayangnya, mereka seakan dihapus dari peta dunia seni Indonesia karena terafiliasi dalam Gerakan 30 September," kata Amir pada 2015.
Diberitakan detikHot, Djoko Pekik pernah dibui selama tujuh tahun tanpa melalui proses peradilan hanya karena tergabung dalam Lekra. Penangkapan itu terjadi saat Djoko berada di Jakarta.
Meski sempat bersembunyi ketika anggota PKI dan Lekra diburu, ia tetap tertangkap dan dituding sebagai bagian dari oknum pembunuh para jenderal TNI pada peristiwa G30S.
"Saya dikatakan pelarian dari Jakarta dan dituduh sebagai pembunuhan para jenderal," lanjutnya.
"Saya ingat betul bagaimana rasanya gelap di penjara, kedinginan, kelaparan, disuruh jalan jongkok dengan kepala diinjak, punggung bengkak, badan semua berdarah. Sengsara sekali," kata Djoko Pekik.
Lihat Juga : |
Salah satu karya terkenal dari Djoko Pekik adalah lukisan Berburu Celeng. Lukisan ini juga sempat diwujudkan dalam bentuk tanah liat.
Lukisan-lukisan Djoko Pekik kebanyakan menggambarkan kondisi para pemimpin Indonesia semasa Orde Baru. Banyak lukisannya kini dihibahkan ke Museum Anak Bajang, Sleman, Yogyakarta.
Lanjut ke sebelah..