Jakarta, CNN Indonesia --
Industri perfilman Korea kini menjadi salah satu yang tampak matang dan begitu rapi, terutama di Asia. Namun, kondisi tersebut tak terbentuk dalam waktu singkat.
Perfilman Korea sekitar lebih dari 50 tahun lalu pernah mengalami masa-masa gelap dan hal itu yang coba digambarkan sutradara Kim Jee-woon melalui film terbarunya, Cobweb.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Permasalahan sutradara dengan produser, konflik dengan atau sesama artis, serta pantauan ketat dari pemerintah terutama untuk sensor dan perizinan pada era 1970-an semua ditampilkan dalam film tersebut.
Belum lagi isu ruang kreatif bagi sutradara dan penulis naskah dengan konflik internal mereka begitu disoroti dalam film ini. Pada intinya, film ini menampilkan proses pembuatan film dari awal hingga tayang di layar lebar tidak mudah.
Sehingga, saya mengerti alasan Jeon Yeo-been mengimbau penonton perlu bawa stamina sebelum menyaksikan Cobweb. Kim Jee-woon, penulis Shin Yeon-shick bersama para bintang ternama film ini memasukkan teramat banyak konflik dalam 135 menit.
[Gambas:Video CNN]
Cobweb menawarkan beragam emosi, seperti menyenangkan, sindiran, sedih, mendebarkan, hingga chaotic comedy.
Salah satu poin dalam film ini terletak pada alur cerita yang sulit ditebak sehingga membuat penonton terus menerka-nerka dari awal hingga akhir, terutama untuk plot baru yang disiapkan karakter sutradara Kim Ki-yeol (Song Kang-ho).
Penonton sudah diberi kisi-kisi ending baru dari film garapan sutradara itu melalui beberapa adegan. Namun, permasalahan lain dalam film ini membuat perhatian penonton teralihkan hingga akhirnya baru mengetahui plot baru dari Kim Ki-yeol di akhir film.
Imbas begitu chaos-nya permasalahan para karakter, Cobweb sempat terasa seperti drama makjang yang penuh lika liku dan plot twist. Meski tampak bak sinetron, hal itu justru jadi bagian menghibur dalam Cobweb.
Begitu banyak yang patut diacungi jempol dalam film ini. Musik dan fesyen 1970-an dalam Cobweb berpadu sempurna dengan gaya teatrikal para aktor karakter masa itu, ditambah lagi sinematografi film dalam film tersebut.
 Review film Cobweb: Kim Ji-yong menyajikan sinematografi hitam putih yang apik untuk film dalam film ini untuk menampilkan bagaimana film era 1970-an. (Anthology Studios/Cho Wonjin via KOFIC) |
Penggambaran film hitam putih era 1970-an dalam Cobweb begitu apik karena tak lepas dari campur tangan sinematografer Kim Ji-yong yang sebelumnya terlibat dalam Decision to Leave.
Jajaran para bintang film ini juga benar-benar baik, terlebih dalam menyampaikan pesan melalui penghidupan karakternya. Tak ada satu pun karakter yang muncul dalam Cobweb seperti sia-sia atau nongol sekadar meramaikan cerita.
Lanjut ke sebelah...
Song Kang-ho tak perlu diragukan lagi sebagai pemeran utama. Dalam kolaborasi kelimanya dengan Kim Jee-woon, aktor pemenang Oscar ini tak hanya menunjukkan kondisi seseorang yang penuh obsesi.
Melalui karakter Kim Ki-yeol, ia turut menunjukkan kesedihan hingga rasa kecemasan berlebihan yang terasa seperti menyinggung kesehatan mental secara mendalam pada keseluruhan film.
Oh Jung-se dan Jeon Yeo-been, bagi saya pribadi, benar-benar mencuri perhatian di sepanjang film. Oh Jung-se sekali lagi berhasil menampilkan sisi baru dalam film ini. Kepuasan semakin muncul ketika mengetahui kameo yang mendampingi Oh Jung-se di akhir film.
Begitu pula dengan Jeon Yeo-been yang total menampilkan sisi "gila" sekali lagi setelah Vincenzo.
Namun, ada satu karakter yang mungkin terlihat jadi "badut" tapi sesungguhnya menjadi representasi paling riil di lokasi syuting, yakni detektif yang diperankan Jang Nam-yul, karakter pendukung film dalam Cobweb.
Karakternya memang hanya muncul sesekali dan aksinya di lokasi syuting bisa membuat penonton di bioskop berkomentar, "ngapain sih?" atau "apa sih?" sambil terbahak-bahak.
Sekilas, detektif itu mungkin terlihat jadi bumbu komedi dalam film ini.
Namun, hal tersebut merepresentasikan banyak karakter pendukung yang datang ke lokasi syuting paling awal, tapi tak jelas jadwal syutingnya, sehingga memiliki begitu banyak 'waktu luang' dan membuatnya bisa melakukan banyak hal.
Ditambah lagi, belum tentu pula penampilannya masuk potongan akhir film dan muncul di layar lebar.
 Review film Cobweb: Shin Mi-do menjadi karakter yang kembali menampilkan "kegilaan" Jeon Yeo-been. (Anthology Studios/Cho Wonjin via KOFIC) |
 Review film Cobweb: Oh Jung-se kembali menunjukkan kemampuan memerankan karakter yang menampilkan sisi baru dari dirinya. (Anthology Studios via Hancinema) |
Pada akhirnya, Cobweb menjadi sarana Kim Jee-woon bersama naskah yang ditulis Shin Yeon-shick memereteli setiap bagian dari industri perfilman. Kritikus hingga penonton film pun tak lepas dari sorotan film ini.
Hal tersebut pula yang mungkin membuat durasi film ini menjadi 135 menit dan membuat penonton perlu fokus supaya bisa benar-benar menikmati terlalu banyak layer permasalahan film dalam film tersebut.
Meski belum sesolid karya-karya Kim Jee-woon sebelumnya, desain produksi dan penampilan aktor membuat Cobweb jadi film yang menghibur karena degan-adegan komedinya terlihat lebih menonjol hingga menutupi pengungkapan fakta di balik obsesi dan pembuktian kapasitas diri karakter Kim Ki-yeol yang jadi plot utama film ini.
[Gambas:Youtube]