Jakarta, CNN Indonesia --
Musisi kawakan Roger Waters mengaku diboikot di beberapa tempat di wilayah Amerika Selatan imbas dukungannya terhadap Palestina yang saat ini masih digempur oleh Israel.
Dalam wawancara bersama TRT World pada Selasa (5/12), Waters mengungkap adanya upaya dari pihak Israel untuk memboikot dan menggagalkan turnya di beberapa titik di benua tersebut, seperti di Argentina, Uruguay, dan Chile.
Lobi-lobi itu dilakukan untuk mengupayakan boikot terhadap dirinya yang disebutnya sebagai klaim "berdasarkan kebohongan yang jahat".
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut laporan outlet media regional, Pagina/12, Waters harus tinggal di Sao Paulo, Brasil, selama berada di wilayah Amerika Selatan karena tidak mendapatkan satu pun kamar hotel yang tersedia di Argentina.
"Mereka baru saja mencoba membatalkan pertunjukan saya... di sini di Santiago, Chile, di mana saya tahu saya sangat populer, bukan hanya karena tiket konser saya sudah terjual habis," tambah Waters.
[Gambas:Video CNN]
Dalam perbincangan tersebut, mantan pentolan band psikedelik rock Pink Floyd itu juga menyatakan keprihatinannya terhadap rakyat sipil Palestina yang terus menjadi korban agresi militer Israel.
"Kamu tidak mungkin bisa membayangkan diri kalian berada dalam posisi mereka. Para ibu dan ayah, anak-anak, 2,3 juta orang yang mungkin sekarang sedikit berkurang, yang tinggal di Gaza dan dibombardir oleh F-16 sepanjang siang dan malam, dalam beberapa pekan," tegasnya.
"Siapa pun tidak bisa membayangkan seperti apa rasanya bahwa serangan Israel ini didukung oleh kekaisaran terkuat di dunia, dan itu adalah sesuatu yang sangat menjijikkan dari seluruh hal yang bisa dibayangkan," sambung Waters.
Musisi berusia 80 tahun ini mengaku selama menjalani tur bertajuk This Is Not a Drill di Argentina, ia juga berhadapan dengan lobi-lobi Israel yang disebut menguasai semua hotel di Buenos Aires dan Montevideo, Uruguay.
Selama pertunjukan musiknya berlangsung di Buenos Aires, ibu kota Argentina, Waters memberi tahu penonton bahwa ia disensor hanya karena ia percaya pada hak asasi manusia.
Imbas sikap politiknya tersebut, Waters juga menghadapi banyak hadangan dari berbagai pihak di Argentina dan Uruguay.
Lanjut ke sebelah...
Di Argentina, pengacara Carlos Broitman mengatakan kepada AFP bahwa ia telah mengajukan tudingan terhadap Waters di pengadilan federal atas tuduhan menyebarkan ujaran kebencian.
"Mereka (lobi Israel) juga sudah berada di Buenos Aires. Mencoba untuk membatalkan pertunjukan saya di Buenos Aires dengan alasan bahwa saya seorang anti-Semit yang tentu saja tidak benar! Ini begitu absurd," ujar Waters.
Sementara di Uruguay, seorang legislator sayap kanan, Felipe Schipani, mendesak pemerintah Montevideo-yang kini dikuasai oleh faksi sayap kiri-agar mencabut gelar "Pengunjung Terhormat" milik Waters yang pertama kali diberikan kepadanya pada 2018.
Di Uruguay, Waters juga menghadapi reaksi negatif dari pejabat dari Central Israelite Commitee dan LSM Yahudi B'Nai B'rith yang mengklaim bahwa ia telah menyebarkan kebencian terhadap orang Yahudi.
"Dan mereka masih saja membuat cerita palsu yang dibesar-besarkan, lalu dicetak lagi, lagi, dan lagi," sambungnya.
Bahkan, Waters juga mengutip pedoman dari Joseph Goebbels, petugas propaganda nasionalis yang menyuarakan sikap anti Yahudi pada masa pemerintahan Nazi Jerman.
Menurut Waters, apa yang dilakukan oleh lobi-lobi Israel itu justru tidak ada bedanya dengan sikap patriotik semu milik Nazi yang terus digaungkan ketika masa holocaust.
"Saya tahu kita tidak diizinkan untuk mengatakan ini, tetapi ini saya ambil langsung dari buku petunjuk Goebbels- semakin besar kebohongan, semakin mungkin orang percaya itulah yang dilakukan oleh orang-orang bodoh ini terhadap saya," ujar Waters merujuk kesamaan sikap Israel dengan pemerintah Nazi di masa Perang Dunia II.
Menurut laporan TRT World, Waters akhirnya mendapatkan dukungan akomodasi dari Konfederasi Pekerja Amerika Latin dengan menyediakan sejumlah kamar hotel bagi Waters dan band.
Hal itu dilakukan oleh pihak konfederasi sebagai bentuk respons atas kecaman Israel, serta wujud solidaritas internasional untuk menjunjung tinggi asas Hak Asasi Manusia.
[Gambas:Photo CNN]
Selama berada di Uruguay, Waters juga dilaporkan bertemu dengan mantan Presiden Jose Mujica. Di sisi lain, hotel-hotel di Montevideo dilaporkan menolak untuk memberikan komentar terkait klaim Waters.
Waters juga bertemu dengan petinggi klub profesional di kasta tertinggi persepakbolaan Chile Club Deportivo (CD) Palestino saat menjalani tur Amerika Latin.
CD Palestino merupakan klub sepak bola yang didirikan oleh diaspora umat Kristiani asal Palestina sejak 1920-an lalu.
Di unggahan Instagram, pihak CD Palestino juga mengungkapkan rasa terima kasih mereka kepada Waters atas sikap solidaritasnya terhadap rakyat Palestina.
[Gambas:Instagram]