Sejumlah muatan yang berkaitan dengan sosial budaya juga berpotensi ikut kena sensor di Malaysia. Sebut saja muatan negatif terhadap adat Melayu, penindasan terhadap masyarakat, hingga mengagungkan golongan tertentu.
Aturan itu juga menyensor ketat perihal seks, mulai dari adegan seks eksplisit, pakaian terlalu minim, hingga isyarat atau simbol bernuansa erotis dan seksual. Aturan ini juga berkaitan dengan hubungan sesama jenis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nilai kedisiplinan turut dipantau lembaga sensor film Malaysia, dengan alasan supaya tidak menimbulkan kontroversi.
Beberapa larangan yang tercantum dalam aspek itu, yakni menampilkan adegan yang mendorong perbuatan jahat, kesenian yang kurang sopan, hingga dialog atau adegan yang penuh perbuatan tercela.
Adegan dan dialog dalam film di Malaysia juga dilarang menampilkan bahasa kasar, terutama bernada kebencian. Lembaga sensor pun turut melarang laki-laki berperilaku seperti wanita, begitu pula sebaliknya.
Menyusul larangan tayang di Malaysia, produser Siksa Neraka Dheeraj Kalwani buka suara dan menyatakan menghargai keputusan itu. Ia menilai masing-masing negara punya aturan dan kedaulatan yang harus dipatuhi.
"Kami menghargai keputusan dari lembaga sensor Malaysia. Setiap negara memiliki kedaulatan dan peraturan yang harus dipatuhi," ujar Dheeraj Kalwani melalui unggahan Instagram @deecompany_official, Kamis (11/1).
Dalam unggahan itu, ia juga sama sekali tak menyinggung mengenai kemungkinan Siksa Neraka dilarang tayang di Malaysia dan juga Brunei Darussalam.
Ia hanya meminta maaf karena tidak bisa memenuhi antusiasme penggemar dari Malaysia dan Brunei Darussalam. Mereka yang menantikan penayangan film horor itu harus membatalkan niatan nonton di layar lebar akibat pelarangan.
Di Indonesia, Siksa Neraka menjadi salah satu film terlaris pada 2023. Pada penayangan hari ke-25, film itu telah mengumpulkan sedikitnya 2.354.700 penonton sejak tayang pada 14 Desember 2023.
Lihat Juga : |