Angka penonton itu pun terus berlipat-lipat seiring waktu. Peningkatan yang signifikan tersebut, kata Hikmat, juga dapat tercapai berkat peramuan formula komedi yang jitu.
Ia menyoroti komedi berbasis Batak yang lagi-lagi ampuh mengocok perut penonton Indonesia. Menuturkan komedi melalui karakter Batak itu sesungguhnya bukan strategi baru.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rumus semacam itu sudah dilakukan pada 1980-an, seperti karakter Poltak (Nanu Moeljono) dalam film Warkop DKI atau Naga Bonar (Deddy Mizwar) yang legendaris.
Ngeri Ngeri Sedap (2022) yang juga produksi studio Imajinari bahkan sudah lebih dahulu mengemas komedi bernuansa Batak dengan kadar yang lebih tinggi.
Kesuksesan Agak Laen juga kian terbantu dari struktur distribusi film di bioskop. Hikmat mengatakan distribusi layar bioskop menganut sistem pasar tunggal, sehingga menguntungkan film dengan performa apik.
Agak Laen menghasilkan 181.689 penonton pada hari pembukaan. Angka harian itu lalu konsisten di atas 100 ribu setiap hari, hingga sanggup mendapat 2,3 juta penonton dalam 8 hari.
![]() |
Perolehan impresif hingga 6,6 juta pada hari ke-21 itu pun dinilai sebagai efek kecipratan untung dari sistem distribusi layar bioskop itu.
"Sekarang film-film selain Agak Laen tergusur karena ternyata sudah jelas. [Perolehan] hari pertama sudah begitu, bioskop melihat, lantas layarnya langsung dibanyakin," beber Hikmat.
"Itu juga yang menyumbang kenapa berlipat-lipat, karena begitu layarnya banyak, orang masih banyak juga yang mengisi," sambungnya.
Kemudian, setelah semua variabel itu, muncul faktor x yang tidak disangka. Hikmat menilai faktor tidak terduga itu datang dari banyak kemungkinan.
Penonton umum bisa saja mulai jenuh dengan gempuran film horor di bioskop. Penulisan cerita yang dekat dengan penonton juga bisa menjadi penyebab film itu laris manis.
Namun, yang jelas, Hikmat menilai Agak Laen cukup jeli melihat celah kebutuhan penonton. Sebab, Agak Laen terbukti mampu menyuguhkan tontonan dengan kemasan yang agak lain.
"Jangan-jangan orang itu jenuh sama kelatahan rumah produksi untuk bikin film horor. Orang sebenarnya butuh juga celah-celah menikmati hal yang agak lain," ujar Hikmat.
"Apalagi ini film judulnya jelas, Agak Laen. Premis, situasi, profesi yang digambarkan sebagai pengelola rumah hantu itu kan jarang." pungkasnya.