Jakarta, CNN Indonesia --
Agak Laen menorehkan capaian impresif sejak tayang di bioskop pada awal Februari. Angka penonton film komedi itu terus melesat jauh, hingga nyaris menggapai 7 juta penonton per Kamis (22/2).
Performa Agak Laen menjadi fenomena menarik karena mampu melejit di tengah dominasi film horor. Kesuksesan itu juga terbilang di luar dugaan karena tak ditopang aktor besar, bahkan tak dirilis di musim liburan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengamat perfilman dan budaya populer Hikmat Darmawan menilai prestasi Agak Laen itu bisa dilihat sebagai momentum film komedi berjaya kembali. Ia mengibaratkan ini bagai momentum "comedy strikes back".
Jumlah penonton yang masif itu datang dari berbagai faktor. Secara kasat mata, film garapan Muhadkly Acho itu memang memiliki modal yang cukup untuk menghasilkan jutaan penonton.
Namun, ketika jumlahnya terus melesat hingga menduduki tiga besar film Indonesia terlaris sepanjang masa, Hikmat menilai ada faktor X yang sulit dimengerti.
"Ini kayak comedy strikes back. Kalau sampai 4-5 juta [penonton] itu unsur-unsur yang bisa ditebaknya masih kelihatan," ungkap Hikmat kepada CNNIndonesia.com, Kamis (22/2).
"Tapi kalau kayak sekarang, terus terang sudah rada sulit dimengerti," lanjutnya.
 Performa Agak Laen menuju tiga besar film Indonesia terlaris sepanjang masa menjadi fenomena menarik karena mampu melejit di tengah dominasi film horor. (Imajinari/Syafira Muthiary) |
Hikmat menjabarkan ada beberapa faktor yang dapat dijadikan variabel dalam mengalkulasi keberhasilan Agak Laen. Pertama, Agak Laen berangkat dari siniar berjudul sama dengan basis penggemar yang loyal.
AGAK LAEN GUNCANG BOX OFFICE INDONESIA |
Kanal YouTube Agak Laen memang baru memiliki 640 ribu subscriber sejauh ini. Meski begitu, terdapat setidaknya 29 video interview Agak Laen yang mendulang lebih dari 1 juta views.
Basis fan yang akrab disapa Pasukan Bermarga itu semakin perkasa dengan bergabungnya para komika hit dalam barisan pemeran pendukung. Militansi penggemar komika pun tidak perlu diragukan, karena sudah teruji sejak zaman Comic 8 (2014).
Kombinasi Pasukan Bermarga dan fan komika rasanya cukup untuk menghasilkan 1-2 juta pertama penonton Agak Laen. Hikmat lantas menilai capaian itu cukup untuk membangun pintu gerbang bagi penonton awam.
"Setelah loyal dan kemudian laris sampai titik tertentu, misalnya di atas 1 juta, sudah ada unsur FOMO [Fear of Missing Out]," ujar Hikmat.
"Orang-orang kayak, 'Wah ini film kalau gue enggak nonton kayaknya FOMO,'" lanjutnya.
Lanjut ke sebelah...
[Gambas:Video CNN]
Angka penonton itu pun terus berlipat-lipat seiring waktu. Peningkatan yang signifikan tersebut, kata Hikmat, juga dapat tercapai berkat peramuan formula komedi yang jitu.
Ia menyoroti komedi berbasis Batak yang lagi-lagi ampuh mengocok perut penonton Indonesia. Menuturkan komedi melalui karakter Batak itu sesungguhnya bukan strategi baru.
Rumus semacam itu sudah dilakukan pada 1980-an, seperti karakter Poltak (Nanu Moeljono) dalam film Warkop DKI atau Naga Bonar (Deddy Mizwar) yang legendaris.
Ngeri Ngeri Sedap (2022) yang juga produksi studio Imajinari bahkan sudah lebih dahulu mengemas komedi bernuansa Batak dengan kadar yang lebih tinggi.
Kesuksesan Agak Laen juga kian terbantu dari struktur distribusi film di bioskop. Hikmat mengatakan distribusi layar bioskop menganut sistem pasar tunggal, sehingga menguntungkan film dengan performa apik.
Agak Laen menghasilkan 181.689 penonton pada hari pembukaan. Angka harian itu lalu konsisten di atas 100 ribu setiap hari, hingga sanggup mendapat 2,3 juta penonton dalam 8 hari.
 Agak Laen menghasilkan 181.689 penonton pada hari pembukaan. Angka harian itu lalu konsisten di atas 100 ribu setiap hari, hingga sanggup mendapat 2,3 juta penonton dalam 8 hari. (Imajinari/Syafira Muthiary) |
Perolehan impresif hingga 6,6 juta pada hari ke-21 itu pun dinilai sebagai efek kecipratan untung dari sistem distribusi layar bioskop itu.
"Sekarang film-film selain Agak Laen tergusur karena ternyata sudah jelas. [Perolehan] hari pertama sudah begitu, bioskop melihat, lantas layarnya langsung dibanyakin," beber Hikmat.
"Itu juga yang menyumbang kenapa berlipat-lipat, karena begitu layarnya banyak, orang masih banyak juga yang mengisi," sambungnya.
Kemudian, setelah semua variabel itu, muncul faktor x yang tidak disangka. Hikmat menilai faktor tidak terduga itu datang dari banyak kemungkinan.
Penonton umum bisa saja mulai jenuh dengan gempuran film horor di bioskop. Penulisan cerita yang dekat dengan penonton juga bisa menjadi penyebab film itu laris manis.
Namun, yang jelas, Hikmat menilai Agak Laen cukup jeli melihat celah kebutuhan penonton. Sebab, Agak Laen terbukti mampu menyuguhkan tontonan dengan kemasan yang agak lain.
"Jangan-jangan orang itu jenuh sama kelatahan rumah produksi untuk bikin film horor. Orang sebenarnya butuh juga celah-celah menikmati hal yang agak lain," ujar Hikmat.
"Apalagi ini film judulnya jelas, Agak Laen. Premis, situasi, profesi yang digambarkan sebagai pengelola rumah hantu itu kan jarang." pungkasnya.
[Gambas:Youtube]