Ulasan di bawah ini mengandung spoiler/beberan.
Meski menghibur, live action ini tetap memiliki beberapa catatan. Satu hal yang patut disoroti adalah perubahan cerita dan beberapa karakter.
Perubahan penceritaan dan perspektif secara garis besar masih dapat diterima. Namun, tak bisa dipungkiri ada beberapa adegan yang sayang sekali diubah, salah satunya perjalanan Aang, Katara, dan Sokka di Omashu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Reuni Aang dan Raja Bumi sesungguhnya menjadi salah satu bagian yang begitu menyenangkan dalam Book One. Sayangnya, banyak bagian diubah tim produksi, seperti cara Aang mengingat Bumi, gim-gim yang diberikan Bumi, hingga karakter Bumi itu sendiri.
Tim produksi juga tone down beberapa karakter, terutama Sokka. Karakter yang diperankan Ian Ousley itu memang masih menjadi sumber tawa live action.
Namun, unsur sexist Sokka hilang dalam live action. Padahal sifat itu amat melekat dan sangat memengaruhi pengembangan karakter Sokka di sepanjang Book One, terutama ketika berada di Kyoshi Island.
![]() |
Begitu pula dengan Katara yang menjadi begitu soft, dan juga adegan kecintaan Uncle Iroh terhadap teh yang sebagian besar tampak hilang.
Secara garis besar, hal itu sepertinya disebabkan tim produksi membuat live action Avatar: The Last Airbender dengan mature themes, sehingga menghilangkan banyak bagian fun dari versi animasi.
Pada akhirnya, live action Avatar: The Last Airbender merupakan hasil adaptasi, bukan remake animasinya. Live action ini memadukan kisah yang tetap bisa membawa penggemar bernostalgia dengan penceritaan lebih luas dan baru.
Enam tahun yang dihabiskan untuk serial ini, sejak diumumkan pada 2018 hingga akhirnya tayang, tampak dihabiskan dengan baik untuk riset, casting, menyiapkan martial arts, kostum, hingga efek visual terutama bagian bending.
Sekadar saran, ada baiknya memberikan serial ini kesempatan untuk ditonton terlebih dahulu meski sudah terlanjur membaca ulasan miring dari para kritikus.
Meski tak luput dari catatan, terutama imbas mengubah penceritaan, live action ini tetap menyenangkan untuk ditonton penggemar lama, dan juga dengan mudah bisa diikuti penonton baru sehingga sama-sama menikmati semesta Avatar: The Last Airbender.
Penambahan perspektif di beberapa bagian membuat plot live action juga lebih kaya dan tetap terhubung dengan kisah originalnya.
![]() |
Usai menyaksikan musim pertama, saya berharap live action Avatar: The Last Airbender lanjut ke musim kedua untuk mengelaborasikan kisah-kisah dalam Book One yang tak dimunculkan.
Tak hanya itu, ekspektasi saya pun jadi amat tinggi untuk melihat cara tim produksi menghadirkan Toph Beifong dalam versi live action dan bergabung dalam keseruan Aang cs, serta menyaksikan kegilaan lebih lagi dari Azula.
Delapan episode live action Avatar: The Last Airbender bisa disaksikan di Netflix.