Ustaz di Film Horor Indonesia Dulu Bukanlah yang Sekarang

CNN Indonesia
Senin, 08 Apr 2024 16:15 WIB
Sudah malang melintang sejak '80-an, karakter para ustaz memiliki perkembangan peran dalam perjalanan cerita horor Indonesia di layar lebar.
Sudah malang melintang di belantika horor Indonesia sejak dekade '80-an, para ustaz dan pemuka agama memiliki perkembangan peran dalam perjalanan cerita genre horor di layar lebar. (dok. Magma Entertainment/Rapi Film via Instagram @qodrat.movie )

Pengamat perfilman dan budaya pop Hikmat Darmawan memberikan setidaknya tiga contoh film yang menggambarkan ustaz secara disruptif.

Sebut saja Pengabdi Setan (2017) versi Joko Anwar, Qorin (2022), dan Qodrat (2022). Film-film itu menampilkan karakter ustaz dengan peran, nasib, hingga latar belakang yang berbeda dari model tradisional.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau di film Joko Anwar, Pengabdi Setan, tokoh agama kehadirannya juga belum tentu mengalahkan setan," ujar Hikmat Darmawan. "Ada yang model Qodrat. Itu dia dari ritus ruqyah. Itu kan dibikin jadi superhero,"

"Yang menarik sebetulnya Qorin, karena Qorin itu di pesantren perempuan, isu perempuannya bagus," sambung Hikmat. "Di sisi lain, digambarkan juga penjahatnya kiai muda yang melenceng."

Penggambaran ustaz yang semakin beragam itu menandakan kebebasan proses kreatif sineas. Sutradara ramai-ramai menampilkan karakter ustaz dengan tujuan yang beragam.

Arswendi Bening Swara sebagai pak Ustaz di Pengabdi Setan (2017)Arswendi Bening Swara sebagai pak Ustaz di Pengabdi Setan (2017). (dok. Rapi Films via IMDb)

Beda Joko Beda Awi

Joko Anwar, lewat Pengabdi Setan (2017) dan Pengabdi Setan 2 (2019), selalu menampilkan ustaz sebagai karakter yang bernasib malang. Kedua film itu memperlihatkan ustaz tewas secara tragis dengan penyebab masing-masing.

Saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, ia mengaku keputusan itu diambil karena Joko Anwar ingin menggambarkan ustaz sebagai figur yang tidak sempurna. Mereka tetap dapat mati jika keimanannya tidak kuat.

Di sisi lain, Joko juga berusaha menekankan pentingnya manusia memiliki iman yang kuat serta tidak bergantung kepada selain Tuhan.

"Kalau di film saya yang harus ditekankan itu kita sebagai umat kita harus punya iman yang tebal dan beribadah secara kuat," ujar Joko Anwar.

"Karena kalau kita mengandalkan orang lain, termasuk ustaz, ya jangan. Kan kitanya yang harus berserah diri kepada Allah, beribadah kepada Allah," lanjutnya.

Jalan berbeda diambil Awi Suryadi, sutradara di balik waralaba Danur, KKN di Desa Penari (2022), dan Kisah Tanah Jawa: Pocong Gundul (2023).

Dalam kesempata terpisah, Awi justru tidak pernah menyelipkan karakter ustaz karena menghindari salah interpretasi. Namun, Awi tetap menghadirkan karakter lain yang kerap membantu karakter utama melawan setan.

Sutradara itu biasanya menampilkan karakter "penyelamat" lewat sosok orang pintar atau bahkan hanya mengandalkan karakter utamanya saja.

"Solusi masalah di film-film horor saya itu enggak pernah yang memanggil ustaz, ustaznya mengalahkan hantunya. Kalau itu kita enggak pernah, karena saya takut salah sejujurnya," ujar Awi Suryadi kepada CNNIndonesia.com.

"Jadi dari Danur, KKN, kita enggak pernah ada ustaz, kita bilangnya orang pintar aja." lanjutnya.

(frl/end)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER