Pada Kamis (15/8), Kantor Kejaksaan AS mengumumkan lima orang didakwa atas kematian Matthew Perry. Mereka adalah Kenneth Iwamasa selaku asisten yang menyuntikkan ketamin berulang kali ke Matthew Perry. Ia tak memiliki latar belakang medis.
Kemudian, dokter Plasencia yang mencari untung dengan terus menerus memberikan ketamin kepada Matthew Perry padahal mengetahui pasiennya itu sudah mengalami ketergantungan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika Matthew Perry meninggal, dokter Plasencia juga memalsukan catatan dan rekam medis pasiennya itu untuk mencoba membuat tindakannya tampak sah.
Terdakwa lainnya adalah Erik Fleming yang berperan sebagai broker antara Iwamasa dan dokter Mark Chavez ketika kesulitan mencari suplai ketamin.
Dokter Mark Chavez membantu menyuplai ketamin kepada Matthew Perry. Ia bahkan membeli ketamin dari penjual di pinggir jalan, sekitar US$12 atau Rp189.276 dan dijual ke Perry seharga US$2.000 atau Rp31,5 juta (US$1=Rp15.773).
Pada 2023, Fleming diduga mengirimkan 25 botol ketamin pada 14 Oktober dan 25 botol tambahan pada 24 Oktober. Iwamasa menyuntik Perry enam hingga delapan kali sehari antara 24 Oktober dan 27 Oktober, klaim pihak berwenang.
Obat-obatan itu diduga berasal dari Jasveen Sangha yang merupakan The Ketamin Queen dan menjadi terdakwa kelima kasus tersebut.
"Para terdakwa mengambil keuntungan dari masalah kecanduan Tuan Perry untuk memperkaya diri mereka sendiri. Mereka tahu apa yang mereka lakukan salah," ucap Jaksa AS Martin Estrada seperti diberitakan Variety pada Kamis (15/8).
"Mereka tahu apa yang mereka lakukan berisiko membahayakan Tuan Perry, tetapi mereka tetap melakukannya. Mereka lebih tertarik untuk mengambil untung dari Tuan Perry daripada peduli dengan kesejahteraannya."
(chri)