Benitez mengatakan dirinya semula tak mengetahui situasi tersebut sampai ia menjalani operasi usus buntu. Ia pun kemudian membuat janji untuk menjalani operasi histerektomi di Zurich, tapi kemudian ia batalkan.
Benitez menyebut dirinya membatalkan operasi tersebut karena merasa Tuhan menciptakan dirinya dalam kondisi tersebut. Hal ini juga sudah diketahui oleh Sri Paus sebelumnya dan keputusan Benitez juga mendapatkan dukungan dari Sri Paus.
Kardinal Lawrence pun menerima jawaban tersebut dan membiarkan Paus Innocent menyapa umat Katolik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dalam ending tersebut, Kardinal Benitez menjadi plot twist penting dalam Conclave. Kardinal Benitez mengakui bahwa dirinya lahir sebagai interseks.
Interseks merupakan istilah yang menggambarkan seseorang lahir dengan dua kelamin berbeda. Kasus ini terjadi sekitar 1 dari 1.000 bayi yang lahir di seluruh dunia. Hal ini terjadi karena perubahan genetik terutama kromosom penentu jenis kelamin.
Pada kondisi Kardinal Benitez, ia mengakui bahwa dirinya lahir sebagai laki-laki yang memiliki rahim. Namun ia baru mengetahui itu kala dirinya sudah dewasa.
Untuk menangani kondisi interseks yang dialami Kardinal Benitez, tindakan medis seperti histerektomi atau pengangkatan rahim bisa dilakukan bila yang bersangkutan lebih memilih untuk mempertahankan organ reproduksi laki-laki.
Namun karena Kardinal Benitez memutuskan untuk membatalkan operasi tersebut dengan alasan dirinya diciptakan seperti itu, maka ia masih sebagai interseks saat menjadi pemimpin Gereja Katolik yang baru.
Nama Innocent yang dipilih oleh Kardinal Benitez sebagai nama kepausan dirinya adalah yang pertama, sejak terakhir kali digunakan oleh Kardinal Michelangelo dei Conti sebagai Paus Innocent XIII pada Mei 1721 sampai Maret 1724.
Paus Innocent atau Inosensius I adalah yang pertama kali menggunakan nama tersebut. Ia lahir di Albano, Italia, dan menjadi Paus pada Desember 401 hingga Maret 417.
Dalam sejarah, Paus Inosensius I dikenal sebagai sosok pemimpin Gereja yang tegas terkait persoalan doktrinal dan displiner, penengah umum perselisihan Gereja Timur dan Barat, serta berperan penting dalam meneguhkan otoritas Gereja Katolik Roma dalam masa penuh tantangan.
Namun menurut sutradara Conclave, Edward Berger, nama Innocent dipilih karena nama yang merujuk "kemurnian tanpa prasangka apa pun". Hal itu berkebalikan dengan konklaf yang penuh dengan intrik dan drama.
"Nama tersebut merupakan nama kemurnian tanpa prasangka apa pun. Anda melihatnya pada anak-anak-mereka tidak memiliki pengalaman buruk, mereka secara teoritis hanya bersikap positif, hanya terbuka terhadap orang lain. Mereka tidak memiliki prasangka. Mereka polos," kata Berger, seperti diberitakan Screen Rant.
"Kemudian masyarakat mengondisikan mereka untuk menjadi seperti itu, orang tua, sekolah, teman, dan pengalaman buruk mereka meninggalkan trauma. Jadi Benitez datang kepada kita dengan keterbukaan penuh, dan saya pikir itulah artinya." paparnya.
(end)