Wakil Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Christina Aryani, memberikan arahan dan masukan kepada pengurus Yayasan Maju Tapian Nauli (Matauli) terkait peluang dan potensi penempatan anak buah kapal (ABK) pekerja migran di luar negeri.
Sebagai informasi, Yayasan Matauli yang berlokasi di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatra Utara, memiliki Sekolah Tinggi Kelautan dan Perikanan (STKP) dengan jumlah siswa sebanyak 250 orang. Selain STKP, Yayasan Matauli juga menaungi satu SMA unggulan dengan total siswa mencapai 1.200 orang.
Dalam pertemuan yang berlangsung di Kantor Kementerian P2MI, Christina mengatakan menjadi ABK pekerja migran dengan memilih negara penempatan yang tepat bisa memperbaiki perekonomian keluarga.
Terlebih, Kementerian P2MI juga memiliki berbagai skema kerja sama penempatan pekerja migran dan ABK pekerja migran. Salah satunya skema government to government (g to g) dengan Korea Selatan.
"Yayasan Matauli meminta arahan soal peluang kerja dan bagaimana menumbuhkan minat siswa-siswi mereka untuk bekerja sebagai ABK pekerja migran prosedural di luar negeri. Tadi kami sampaikan, peluang sebagai ABK cruise ship juga terbuka saat ini," katanya, Rabu (11/6).
Ia juga mengapresiasi hadirnya kurikulum bahasa, yaitu Bahasa Jerman dan Jepang, yang diajarkan Yayasan Matauli untuk siswa-siswi sekolah menengah atas (SMA).
Pelajaran bahasa, lanjut mantan legislator Senayan itu, semakin mempermudah lulusan Matauli bersaing di pasar global.
Tak hanya arahan, melalui kunjungan ke Yayasan Matauli Christina juga membuka peluang kementeriannya melakukan sosialisasi dan membuka wawasan siswa, alumni dan masyarakat di Tapanuli Tengah terkait pekerjaan prosedural di luar negeri.
"Kita juga punya BP3MI (Balai Pelayanan dan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia) Sumatra Utara. Nah, nanti kita gandeng melakukan sosialisasi," ungkap dia.
Di sisi lain, Ketua Yayasan Matauli, Fitri Kristinawati Tandjung, mengapresiasi kehadiran Christina untuk membuka peluang kerja sama, sehingga siswa-siswi STKP Matauli dapat menjadi pekerja migran Indonesia di luar negeri, khususnya di bidang kelautan dan perikanan.
"Ternyata tadi disampaikan oleh Ibu Christina, begitu banyak kesempatan di luar negeri sebagai ABK pekerja migran, seperti dari perusahaan-perusahaan di Spanyol, Jepang dan Korea Selatan," katanya.
"Kami berharap bisa ada sebuah kerja sama dengan turut mensosialisasikan kepada mahasiswa-mahasiswi kami soal kesempatan bekerja dan peluang kerja bidang perikanan dan kelautan di luar negeri," lanjut dia.
Fitri juga berharap lewat kerja sama yang akan terjalin, baik dengan Kementerian P2MI maupun BP3MI Sumatra Utara, semakin banyak lulusan Yayasan Matauli yang bekerja di sektor kelautan dan perikanan di luar negeri.
"Kami merasa sekolah kami juga perlu akses informasi yang lebih luas, karena selama ini informasi, kesempatan dan peluang kerja di luar negeri sangat sedikit," imbuhnya.
"Kita berharap sebagai daerah pesisir dan juga sekolah perikanan dan kelautan, kita bisa menangkap peluang ini dan turut membantu kementerian dan BP3MI Sumut mensosialisasikan kesempatan-kesempatan ini di sekolah-sekolah kami," pungkas dia.
(adv/adv)