Sosok ini berusia sekitar 23 tahun ketika peristiwa Sumpah Pemuda terjadi. Dialah pemimpin Kongres Pemuda II, yang kemudian menghasilkan Sumpah Pemuda.
Sosok ini lahir di Tuban, Jawa Timur, 22 Februari 1905, putra seorang penghulu dan mantri juru tulis desa. Setelah ibunya wafat ketika Soegondo masih kecil, keluarga mereka pindah ke Brebes, Jawa Tengah.
Soegondo menempuh pendidikan sekolah menengah di Tuban, Surabaya, dan Yogyakarta. Dengan beasiswa dan bantuan pamannya, Soegondo kuliah di Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta atau Rechtshoogeschool te Batavia, yang menjadi cikal bakal Fakultas Hukum Universitas Indonesia sekarang.
Ketika itu, di saat semua pemuda ikut organisasi pemuda, Soegondo bergabung ke Persatuan Pemuda Indonesia. Nah pada 1928, ketika Kongres Pemuda II akan digelar, Mohammad Hatta, Ketua PPI di Belanda, menyetujui Soegondo menjadi Ketua Kongres Pemuda II. Ketua dipilih dari PPI karena organisasi ini adalah wadah pemuda independen, tak berdasarkan kesukuan.
Setelah era Sumpah Pemuda, yakni periode 1928-1942, Soegondo ikut mendirikan Perguruan Rakyat dan diangkat menjadi kepala sekolah. Sekolah ini berdiri di Gang Kenari nomor 15, Salemba. Ia sempat menjadi simpatisan Partai Nasional Indonesia pimpinan Ir. Soekarno, yang kelak menjadi Presiden RI yang pertama.
Selain sebagai pendidik dan tokoh di Perguruan Tamansiswa, Soegondo ternyata pernah menjadi wartawan lho. Ia jadi wartawan lepas di De Bataviaasch Nieuwsblad. Pada 1941, ia dipercaya menjadi Direktur Kantor Berita Antara. Adam Malik, sosok yang kelak menjadi Wakil Presiden RI, menjadi redaktur dan merangkap Wakil Direktur.
Jabatan tertinggi yang pernah dipegangnya adalah Menteri Pembangunan Masyarakat dalam Kabinet Halim di era Republik Indnesia Serikat (RIS). Soegondo wafat pada 1978 dan dimakamkan di Pemakaman Keluarga Besar Tamansiswa di Umbulharjo, Yogyakarta.