Jakarta, CNN Indonesia -- Tingkat resiko gegar otak pada olahraga anak-anak beragam. Menurut riset terbaru semakin tinggi kontak olahraga tersebut, semakin tinggi juga resiko gegar otak dalam olahraga tersebut.
Beberapa aktivitas olahraga yang sering melibatkan atau dimainkan oleh anak-anak adalah: american football, rugby, hoki, sepakbola, basket, softball, gulat, taekwondo, voli, sampai cheerleading.
Olahraga yang paling berisiko tinggi, menurut penelitian Paul Ronksley dari Universitas Calgary di Kanada, adalah rugby dengan risiko 18 kali lebih tinggi, hoki dengan 5 kali lebih tinggi, dan american football dengan risiko 2 kali lebih tinggi.
Adapun olahraga yang lebih rendah risiko, masih berdasarkan penelitian Ronksley adalah: voli, basket, dan cheerleading.
Meski begitu, risiko mengalami gegar otak bisa terjadi di olahraga apa saja, kata Tamara Valvoich McLeod, penulis National Athletic Trainers’ Association. Valvoich McLeod mengatakan bahwa olahraga yang banyak melibatkan kontak fisik memiliki risiko gegar otak yang lebih tinggi. Namun itu bukan berarti anak-anak harus berhenti berolahraga.
Orangtua disarankan untuk selalu memastikan bahwa tim ataupun liga yang diikuti oleh anak-anaknya mengutamakan keselamatan. Contohnya, dengan secara berkala mengevaluasi pelatihnya, mengerti bagaimana menangani kecelakaan yang mungkin terjadi, dan mengedukasi atlit serta keluraga dalam mencegah kecelakaan.