Jakarta, CNN Indonesia -- Ibu yang mengalami depresi berat pasca melahirkan, diyakini tidak akan memiliki anak lebih dari dua. Pernyataan tersebut diutarakan oleh kelompok Antropolog Evolusioner. Mereka melakukan pengamatan pada beberapa perempuan yang sempat mengalami depresi tersebut.
Kelompok Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat di University of Kent dan Evolution, mengamati fenomena depresi langka yang dialami ibu pasca melahirkan. Mereka mencari dampak jangka panjang dari Postnatal Depression bagi ibu.
Postnatal Depression merupakan depresi tingkat tinggi yang terjadi pasca melahirkan. Depresi terjadi karena halusinasi buruk ibu pasca melahirkan. Umumnya ibu merasa minder, takut dan sulit tenang. Depresi ini muncul karena trauma saat melahirkan, kurangnya dukungan keluarga, dan adanya rasa kesepian pada ibu.
Mungkin jarang diketahui banyak orang, bahwa depresi berat pasca melahirkan memberi dampak pada kesuburan perempuan di masa depan. Mereka mengumpulkan data dari Historis reproduksi lengkap depresi postnatal yang dialami oleh 300 perempuan.
Para ibu merupakan generasi yang lahir di abad pertengahan 20 dan tinggal di beberapa negara industri saat membesarkan anakanak mereka. Ratusan ibu diteliti untuk dinilai bagaimana ketika mereka memutuskan untuk memiliki anak lebih dari dua.
Depresi yang muncul ketika melahirkan anak pertama, ternyata mempengaruhi hormon dan kesuburan ibu. Mengalami tingkat emosional yang lebih tinggi pada periode postnatal, menurunkan kemungkinan ibu untuk memiliki anak ketiga. Sebenarnya pada anak kedua pun ibu akan terasa sulit karena adanya rasa trauma.
Penelitian oleh Sarah Myers, Dr. Oskar Burger dan Dr. Sarah Johns juga memiliki penelitian tersendiri mengenai sindrom postnatal. Ia menyoroti peran depresi ini yang menjadikan perempuan lebih tua dari usia sebenarnya.
Peneliti meyakini, sindrom ini pula yang merubah demografi dan membuat perempuan memilih memiliki sedikit anak. Depresi postnatal ini memiliki tingkat prevalensi sekitar 13 persen pada negaranegara industri.
Sindrom ini juga mempengaruhi 63 persen tekanan emosional pada ibu dan bayi, sehingga wajar jika keduanya terlihat menua lebih cepat.
(rkh/rkh)