Tahukah Kamu, menjadi Pem-bully Lebih berbahaya?

Bahariyani Mareza | CNN Indonesia
Jumat, 03 Jun 2016 16:23 WIB
Menjadi korban bullying adalah hal berbahaya, tapi menjadi pelaku lebih dari itu.
Ilustrasi (Thinkstock/BrianAJackson)
Jakarta, CNN Indonesia -- Lebih banyak orang tua khawatir anaknya menjadi korban bully dari pada menjadi calon pembully. Padahal keduanya sama berbahaya, dan menjadi pembully adalah yang paling berbahaya.

Menurut temuan dari Norton Cyber Security, 61 persen lebih orang tua di Indonesia mengkhawatirkan anak­anaknya jika menjadi korban bully. Sementara itu, kekhawatiran terhadap anak yang menjadi pembully berkisar 55 persen.

Padahal resiko anak menjadi pembully sangatlah besar. Hal tersebut didorong dengan pola asuh yang diktator dan kontrol yang ketat. Misalnya saja kebiasaan menuntut prestasi secara berlebihan terhadap anak.

Tekanan yang diterima secara terus menerus dapat menimbulkan stres. Ia melihat perlakuan keras dari orang tua, sehingga ia akan menirunya pada teman­teman di sekolah yang menurutnya lemah.

Selain perilaku diktator, ada pula kebiasaan bergosip di depan anak. Kebiasaan bergosip tanpa sadar mempengaruhi perilaku anak yang juga tidak ragu mengungkapkan kejelekan orang lain.

Anak yang harus lebih ditolong adalah mereka yang melakukan bully. Karena, dibalik perilaku yang ia tunjukan, terdapat tekanan depresi yang tidak terselesaikan. (rkh/rkh)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER