Menelisik Peran Mahasiswa dalam Pembangunan Daerah

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Jumat, 10 Jun 2016 20:08 WIB
Mahasiswa memiliki modal besar untuk mendorong terjadinya perubahan dan memanfaatkan intelektualitasnya untuk mendorong pembangunan.
Mahasiswa sedang turun ke jalan. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Mataram, CNN Indonesia -- Menyimak sejarah perjalanan bangsa Indonesia, salah satu bagian penting yang tak bisa dilupakan adalah keterlibatan dan sumbangsih mahasiswa. Mulai dari perjuangan sejumlah tokoh mahasiswa pada masa revolusi tahun 1945, menggulingkan otoriarianisme orde lama tahun 1965, dan menginisiasi terjadinya reformasi tahun 1998.

Selain peristiwa tersebut, ada banyak peristiwa dalam sejarah Indonesia yang menempatkan mahasiswa sebagai aktor utamanya.

Hal ini kiranya dapat dimengerti dengan mengingat dua hal. Pertama, fitrah mahasiswa sebagai agent of change. Perannya untuk mendobrak kebekuan dalam kekacauan acapkali muncul dan menyelamatkan keadaan. Selain untuk menunjukkan eksistensi, daya kritis yang dimilikinya juga berguna untuk memperjuangkan nilai sekaligus praktik adiluhung bangsa.

Kedua, status mahasiswa yang diemban seseorang sesungguhnya memberikan kewajiban untuk terus menggali potensi intelektualnya. Ilmu pengetahuan ini kemudian dikawinkan dengan fitrah mahasiswa tersebut. Sehingga pada gilirannya akan melahirkan perubahan yang terukur, efektif, dan berhasilguna.

Dalam konteks pembangunan daerah, mahasiswa sebenarnya dapat mengambil peran strategis, yaitu penyambung lidah antara masyarakat dan pemerintah. Peran ini berfungsi untuk mengalirkan aspirasi-aspirasi yang datang dari masyarakat kepada pemerintah, juga sebaliknya.

Salah satu fenomena untuk menyimak hal di atas adalah soal pengerukan pasir laut pantai Labuhan Haji, Kabupaten Lombok Timur. Pasir yang diambil tersebut rencananya akan digunakan untuk kepentingan reklamasi Teluk Benoa, Provinsi Bali. Bila dicermati secara ekonomi, ekologi, dan sosial, tindakan tersebut lebih menunjukkan pada pengeksplotasian sumber daya alam tanpa memperhatikan dampak jangka panjangnya.

Sektor kelautan sebagai basis ekonomi masyarakat setempat bakal terganggu akibat hilangnya ekosistem terumbu karang dan biota laut. Kondisi lingkungan pantai menjadi rentan semisal ancaman abrasi dan pencemaran. Juga wajah situasi sosial yang tampil maksimal dalam menguntungkan segelintir orang.

Mahasiswa setempat selanjutnya hadir dan menggalang atensi untuk menuntut penutupan peluang sekaligus pengehentian rencana pemberian izin pengerukan pasir laut guna reklamasi Teluk Benoa. Mahasiswa dengan berbagai media pergerakan memperjuangkan aspirasi masyarakat setempat secara simultan.

Mahasiswa menggelar diskusi publik untuk menciptakan kesepahaman dan kesepakatan dalam menolak hal tersebut. Mereka berdemo di sejumlah pihak terkait, menulis dan menggerakkan opini melalui media massa, dan mengadakan audiensi antara masyarakat dengan pemerintah daerah.

Etalase kecil peran mahasiswa di atas sebagai penyambung aspirasi dapat pula diterapkan di daerah lain. Mahasiswa sejatinya berdiri tegak di pihak yang benar dan memperjuangkan teguh idealismenya. Meskipun hal itu akan membawanya berhadapan dengan penguasa.

Mahasiswa memiliki modal yang tak semua orang miliki. Kekuatan perubahan dan intelektualitas niscaya memberikan warna berbeda yang mampu memecah kebekuan keadaan. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER