Jakarta, CNN Indonesia -- Pada hari ke 27 bulan Ramadan, masyarakat suku Serawai di Bengkulu Selatan akan melakukan tradisi bernama Nujuhlikur atau Ronjok Sayak.
Tradisi tersebut merupakan rangkaian acara untuk perpisahan bulan ramadhan dan menyambut datangnya Idul Fitri.
Ritual ini dilakukan dengan membakar Lujuk, atau tempurung kelapa yang tersusun vertikal membumbung setinggi 12 meter. Tiap-tiap rumah wajib memiliki lujuknya masingmasing. Konon semakin tinggi lujuk yang kita buat maka segala pengharapan di bulan Ramadan semakin cepat dikabulkan.
Sejak siang hari anak-anak suku Serawai biasanya akan berburu mencari tempurung kelapa dan menyusunnya di tiap pekarangan rumah. Saat menjelang berbuka puasa, nanti seluruh anggota keluarga akan keluar rumah sambil membakar lujuk yang dibuat. Mereka akan berdoa, bersenda gurau, makan bersama dan berkumpul dengan keluarga sampai lujuk benar-benar habis terbakar.
Saat malam ke 27 inilah Kota Bengkulu selatan akan tampak semarak dengan nyala api dari tiap-tiap lujuk di seluruh pekarangan rumah warga.
Nujuhlikur memiliki arti dua puluh tujuh menurut bahasa suku Serawai. Tempurung kelapa dipilih karena perlambangan buah penuh manfaat. Buah perlambangan rasa syukur, semakin banyak syukur yang dipanjatkan (tempurung) maka semakin cepat pula Tuhan melimpahkan rahmatNya.
(rkh/rkh)