Jakarta, CNN Indonesia -- Agatha Christie novelis, penulis cerita pendek, roman susastra, karyanya telah menyentuh media film. Dia juga dramawan. The Mousetrap, Perangkap Tikus, yang populer itu, telah dipentaskan berpuluh kali. Bermula di West End of London.
Ia pencipta tokoh investigatif bermakna, analisis cemerlang, yang mengembangkan ide cerita sepenuh kehati-hatian, tak menjebak pikiran sekadar klise pengadeganan pembunuhan.
Di karyanya, Agatha Christie menegaskan eksistensi filosofi, strategis pemecahan masalah kejahatan pikiran yang mengandung kejahatan pidana. Tanpa ragu melulu perkiraan penyidikan, tak sekadar menguji intelegensi pembaca, justru menghadirkan masalah-berbagai fakta.
Dia berhasil menyatukan kecerdasan alami kerja intelegensia pada kepekaan instingtif sebagai teror kembar, seakan suspend dan teka-teki. Sesungguhnya ia menyodorkan interaksi pola pikir bersama pembaca mencari inti-fakta, tersirat pada alur pengadeganan di kalimatnya.
Dunia tahu Agatha Christie (1890-1976) handal plus piawai membawa pembaca masuk dalam kisah di teksnya. Dia berlatar belakang kuat. Dulunya ia pernah sebagai relawan pekerja apotek detasemen di eranya, di bidang peracik obat dan senyawa kimia. Itu sebabnya ia memahami kerja racun,
Tak sekadar soal siapa pelaku kejahatan dalam kisah-kisah di teksnya, tapi apa dan siapa para tokoh di dalam kisah, terpenting sebagai dasar pemetaan menuju klimaks di balik layar-layar peristiwa panggung menuju adegan berkelanjutan, menempatkan ketepatan para tokoh di ceritanya, dalam episode akting berkualitas tinggi, ketat, non basa-basi.
Tidak pernah terjadi pada kisah novel Agatha Christie, dari banyak tokoh investigatif ciptaannya, salah satunya tokoh Hercule Poirot, bersama pejabat setempat menyambut pelaku kejahatan berat di ruang publik secara setara, euforia, pesta senyum berjabat tangan. Konon hal itu hanya terjadi dalam dongengan dari Negeri Bunga Teratai, katanya.
Gawat, menilik kisah dongengan dari Negeri Bunga Teratai. Jika seumpama, benar, itu terjadi. Di manakah presisi kehormatan Guru Bangsa, pendiri Negeri Bunga Teratai itu.
Seumpama benar, kisah dari dongengan Negeri Bunga Teratai itu, rasanya tak pernah terjadi dicerita komik Raden Ahmad Kosasih akrab ditulis dengan R.A. Kosasih (1919-2012) lagenda Bapak komik Indonesia, sekalipun, di cerita komik beliau berjudul ‘Sri Asih’ (1950), cerita komik superhero Indonesia pertama. Kagum, pada Putra Indonesia ini.
Seumpama benar, kisah dongengan dari Negeri Bunga Teratai itu. Maka perilaku korupsi adalah kejahatan kelompok dalam ranah kejahatan luar biasa, termasuk kejahatan pencurian hak-genersi seumur hidup, lebih kejam dari kartel racun apa pun di manapun di dunia dan lebih kejam lagi dari kejahatan dalam kisah Murder on the Orient Express, di filmkan dari novel Agatha Christie.
Korupsi, bukan keramahan alih teknologi tepat guna loh.
Sang Saka Merah Putih, di ujung tiang tertinggi berkibaran. Siapa menggerakkan Sang Dwi Warna. Siapa menggerakkan angin. Siapa menggerakkan alam?
Salam Indonesia bagus, indah, teguh dan unit.
(ded/ded)