Jakarta, CNN Indonesia -- Apa yang kamu bayangkan kalau menyebut pemakaman terbuka? Di antaranya pasti ada yang memikirkan penguburan manusia tanpa tanah, alias dibiarkan begitu saja di atas tanah.
Yes! Itulah yang terjadi di Desa Trunyan, Bangli, Bali. Di desa ini ada pemakaman terbuka, di mana mayat diletakkan di permukaan tanah.
Uniknya mayat tak mengeluarkan bau busuk sama sekali. Sungguhan! Soalnya saya sendiri berkesempatan ke daerah ini beberapa waktu lalu.
Desa Trunyan bisa kamu capai dari Kota Denpasar dengan perjalanan selama kurang lebih 3 jam. Kamu bisa menikmati perjalanan karena dimanjakan pemandangan Gunung Batur yang indah.
Untuk sampai ke Desa Trunyan, kamu harus menyeberangi Danau Batur menggunakan kapal selama 15-20 menit. Harga sewa kapal ini mulai dari Rp600.000 per rombongan, maksimal 10 orang.
Ada pemandu di tiap kapal, yang akan menjelaskan padamu mengenai desa dan asal usul pemakaman terbuka nan unik di sana.
Sesampai di sana, kamu akan disambut papan nama bertuliskan "Welcome To Kuburan Terunyan”.
Di pemakaman ini tak ada penguburan dengan menanam mayat di dalam tanah. Semua diletakkan di permukaan tanah.
Jenazah diletakkan di tanah dan ditutupi ‘ancak saji’, yaitu anyaman bambu berbentuk segitiga.
Di banyak tempat terlihat tulang belulang dan tengkorak manusia. Lalu di permukaan tanah banyak juga bertebaran duit koin dan uang kertas dari yang terkecil sampai lembaran Rp100.000.
“Yang mayatnya ditinggal di sini bukan sembarang orang. Ada beberapa syarat," ujar pemandu lokal kuburan Trunyan.
 Pohon penyerap bau busuk mayat. (CNN Indonesia/Agnes Winastiti) |
Syarat itu antara lain: mayat harus utuh, tidak ada luka seperti halnya korban kecelakaan. Kemudian kelayakannya juga ditentukan perilaku dia semasa hidup.
“Saat mengantarkan jenazah, tidak boleh ada wanita yang ikut dalam rombongan. Kalau peraturan ini dilanggar, bisa-bisa desa tempat tinggal wanita itu ditimpa bencana. Ya.. percaya tidak percaya ya,” kata si pemandu lagi.
Lalu, area pemakaman yang saya kunjungi waktu itu juga ternyata khusus bagi mereka yang sudah berkeluarga. Sedangkan jenazah yang masih bujangan atau jenazah bayi dikuburkan di tempat lain.
Tapi untuk memasuki areal pekuburan ini ada syaratnya lho. Si pemandu menyarankan pengunjung yang sedang menstruasi tak masuk sampai ke areal pemakaman, cukup sampai pohon besar dekat pintu masuk. Juga pengunjung dilarang menyentuh dan mengambil duit yang bertebaran di sana.
Nah, bagaimana mayat bisa tak berbau? Ternyata peredamnya adalah pohon besar tadi. Oleh penduduk setempat pohon itu disebut Taru Menyan, yang artinya pohon wangi.
Dan terbukti, sama sekali tak ada aroma busuk. Padahal saat saya berkunjung ada mayat yang tampak belum lama diletakkan di sana. Yang tercium olehmu hanyalah bau dedaunan dan bau tanah seperti baru disiram hujan.
 (CNN Indonesia/Agnes Winastiti) |
(ded/ded)